REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Kanselir Austria Sebastian Kurz digulingkan dalam mosi tidak percaya hanya sehari setelah partai kanan tengahnya menikmati malam kemenangan dalam pemilihan Eropa, Senin (27/5). Hal tersebut terjadi setelah politikus oposisi kehilangan kepercayaan dalam penanganan skandal korupsi yang telah melanda mantan koalisi sayap kanannya itu.
Kemunduran Kurz, berarti Austria akan dikuasai ahli pemerintahan dan pejabat negara senior yang teknokratis sampai pemilihan baru dijadwalkan awal September. Dalam debat parlemen, delegasi dari Partai Kebebasan sayap kanan (FPO) dengan tegas menolak memberi dukungan tepuk tangan kepada Sebastian Kurz. Politikus populis menuduh kanselir kanan-tengah mencoba menggunakan skandal Ibiza untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya di puncak pemerintahan.
Delegasi oposisi mengatakan Kurz (pemimpin partai Rakyat Austria (OVP)) belum menunjukkan cukup kesediaan untuk mengadakan dialog dengan parlemen selama masa jabatannya sebagai kanselir. "Anda hanya menunjukkan penghinaan terhadap parlemen dan demokrasi Austria", kata Jorg Leichtfried dari SPO seperti dilansir Guardian, Selasa (28/5).
Pemungutan suara membuat kanselir muda Austria itu menjadi sosok terakhir yang tersapu oleh longsoran politik yang dilepaskan oleh skandal Ibiza. Skandal Ibiza bermula ketika Der Spiegel dan Suddeutche Zeitung dari Jerman menerbitkan sebuah video di situs mereka pekan lalu.
Video itu menunjukkan pemimpin FPO Heinz-Christian Strache dan pemimpin parlementernya Johann Gudenus tengah berbicara dengan seorang wanita tak dikenal yang mengaku sebagai keponakan lelaki dari seorang oligarki Rusia. Mereka membicarakan bagaimana ia bisa berinvestasi di Austria.
Selama pertemuan enam jam di sebuah resor mewah di Ibiza, wanita itu menyatakan minatnya mendapatkan kendali atas tabloid sirkulasi terbesar di Austria yakni Kronen Zeitung. Strache menjawab, bahwa setelah staf berganti surat kabar, hal itu dapat membantu FPO dalam kampanye pemilihannya. Strache yang tengah merokok kemudian terekam mengatakan, wanita itu akan dapat memperoleh akses ke kontrak negara yang secara artifisial meningkat.
Setelah video beredar luas, Strache mengundurkan diri. Ia menilai sendiri perilakunya sebagai hal bodoh, tidak bertanggung jawab, dan merupakan kesalahan. Menteri dalam negeri Austria Herbert Kickl kemudian dipecat pada hari Senin berikutnya, dengan Kurz menuduh garis keras FPO gagal menunjukkan kepekaan yang diperlukan dalam menangani tuduhan.
Mengenai siapa tepatnya yang mengatur masalah inibdi sayap kanan tetap menjadi subyek spekulasi panas di Austria dan Jerman. Laporan media telah mengidentifikasi pengacara Wina Ramin Mirfakhrai sebagai perantara yang menghubungkan politisi FPO dengan pengakuan ahli waris.
Mirfakhrai mengkonfirmasi keterlibatannya dalam pernyataan tertulis, tetapi tidak mengungkapkan lebih lanjut. Ia menilai masalah ini sebagai proyek yang didorong masyarakat sipil di mana pendekatan investigatif-jurnalistik diambil.
Spiegel dan Suddeutsche menolak untuk mengomentari asal-usul video untuk melindungi sumber mereka. Strache menyebut video itu adalah tahap jebakan yang dikelola oleh badan-badan intelijen. Meski ia juga menyinggung seorang dokter Israel yang kontroversial yang memiliki hubumgan ke partai Sosial Demokrat kiri (SPO) Austria dan seorang satiris Jerman, Jan Bohmermann.
Strache kemungkinan telah menyadari dia sedang dijebak. Video itu memperlihatkan Strache curiga ketika dia melihat kuku jari kaki wanita tersebut. "Seorang wanita Rusia di liga ini tidak memiliki kaki kotor," kata Strache berbisik kepada Gudenus.
Namun, Gudenus membantahnya kemudian ia menuangkan lebih banyak alkohol sehingga percakapan berlanjut. Tabloid Austria Krone mengidentifikasi wanita di tengah video sebagai mahasiswa Bosnia ilmu pertanian, dan mengklaim ia telah menerima pembayaran antara 6.000 euro dan 7.000 euro untuk penampilannya. Gudenus, yang telah dikeluarkan dari FPO setelah skandal mengatakan, dia yakin minumannya dibubuhi sesuatu karena dia tidak dapat mengingat banyak malam itu.
Atas masalah tersebut, pemilihan Eropa kemarin membuat pemilihan tampak dikuasai oleh skandal Ibiza yang telah melakukan lebih sedikit kerusakan pada lanskap politik Austria daripada yang diperkirakan banyak orang.
Kelompok konservatif Kurz muncul sebagai partai terkuat pada malam itu dengan 34,5 persen suara, naik 7,5 poin persentase pada pemilihan sebelumnya. Sementara FPO hanya mendapat suara kecil, atau kehilangan 2,2 poin persentase untuk menjadi posisi ketiga dengan 17,5 persen.
Strache menerima suara preferensial yang cukup di seluruh negeri sehingga dia bisa menuju ke parlemen Eropa jika dia menerima mandat. SPO berada di urutan kedua dengan 23,5 persen, tetapi angka itu sedikit kurang baik dari tahun 2014.
Pemungutan suara tidak percaya berarti bahwa Kurz (32 tahun) akan turun dalam buku-buku sejarah Austria tidak hanya sebagai kanselir termuda, tetapi juga melayani pemerintahan l terpendek. Kurz menghabiskan 525 hari di kantor setelah kemenangan gemilang dalam pemilihan nasional 2017. Pendahulunya, Sosial Demokrat Kristen Kern, berlangsung memimpin 580 hari.