REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar membantah klaim Amerika Serikat (AS) memberi tenggat waktu bagi Turki dalam mempertimbangkan kembali pembelian sistem rudal pertahanan udara S-400 dari Rusia, Senin (27/5) waktu setempat. Berbicara kepada saluran televisi Haberturk, Akar mengatakan Turki belum diberi tenggat waktu seperti itu.
"Kami sedang melakukan kegiatan dengan cara yang akan sepenuhnya memenuhi tanggung jawab yang diberikan kepada kami," kata Akar seperti dikutip Anadolu Agency, Selasa (28/5).
Ia menyatakan, Turki melakukan pembayaran penuh untuk jet tempur F-35 ke AS. Ketegangan antara AS dan Turki mencapai puncaknya dalam beberapa bulan terakhir, sebab Turki akan mulai menerima sistem rudal darat-ke-udara Rusia S-400 tingkat lanjut.
Rudal tersebut, menurut AS, akan membahayakan peran Turki dalam program jet tempur F-35 AS. Hal itu menurut AS juga dapat memicu sanksi kongres.
Namun, Akar mengatakan, empat jet tempur F-35 telah dikirim ke Turki sehingga aktivitasnya masih berlangsung di pangkalan di AS. "Pelatihan empat pilot kami sedang berlangsung dan ratusan sersan mendapatkan pelatihan pemeliharaan dan kembali (ke Turki)," katanya.
AS menangguhkan pengiriman suku cadang dan layanan yang terkait dengan penerimaan jet tempur jutaan dolar Turki. Menyusul upaya berlarut-larut dalam membeli sistem pertahanan udara dari AS tanpa hasil, Turki memutuskan membeli sistem S-400 Rusia pada 2017.
Para pejabat AS menyarankan Turki membeli sistem rudal Patriot AS daripada S-400 dari Rusia. Alasannya, AS menilai sistem Rusia tidak sesuai dengan sistem NATO dan mengekspos F-35 terhadap kemungkinan akal-akalan Rusia. Namun, Turki menekankan S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO sehingga tidak akan menimbulkan ancaman bagi aliansi.