Selasa 28 May 2019 17:29 WIB

Jumlah Wisatawan Cina ke AS Menurun

Perang dagang antara Cina dan AS jadi salah satu penyebab turunnya jumlah wisatawan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Wisatawan berdiri di depan salah satu bangunan bersejarah milik dari Keluarga Mo yang ada di Desa Huitong, Zhuhai, Guangdong, Cina, Jumat (14/12/2018).
Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Wisatawan berdiri di depan salah satu bangunan bersejarah milik dari Keluarga Mo yang ada di Desa Huitong, Zhuhai, Guangdong, Cina, Jumat (14/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Jumlah wisatawan Cina yang datang ke Amerika Serikat (AS) menurun. Kantor Perjalanan dan Pariwisata Nasional Cina menyebutkan, perjalanan dari Cina ke AS turun 5,7 persen pada 2018 atau sebesar 2,9 juta pengunjung. Penurunan terebut merupakan yang pertama kalinya sejak 2003. 

Perang dagang antara Cina dan AS disebut sebagai salah satu penyebab turunnya jumlah wisatawan tersebut. Pada musim panas lalu, Cina mengeluarkan travel warning untuk warganya yang akan pergi ke AS. Pemerintah Cina memberitahu warganya yang akan pergi ke AS agar waspada terhadap penembakan, perampokan, dan perawatan medis dengan biaya tinggi. 

Baca Juga

Wang Haixia, yang bekerja di sebuah perusahaan perdagangan internasional di Beijing, melakukan perjalanan ke AS untuk menghadiri wisuda kakak perempuannya. Dia dan keluarganya berencana untuk menghabiskan waktu 10 hari di Illinois dan New York. Wang mengatakan, kemungkinan dirinya akan tinggal lebih lama di AS. Namun dia tidak ingin berkontribusi kepada ekonomi AS di tengah meningkatnya perang dagang. 

"Saya tidak dapat membatalkan perjalanan ini karena sudah berjanji kepada kakak perempuan saya. Keluarga saya akan mengeluarkan biaya lebih dari 100 ribu yuan untuk tinggal selama 10 hari di Amerika, dan saya pikir itu sudah cukup," kata Wang, Selasa (28/5). 

Direktur Chinese Outbound Tourism Research Institute, Wolfgang Georg Arlt mengatakan, ketidakpastian ekonomi Cina membuat warganya lebih memilih untuk berlibur ke wilayah yang dekat. Dia mengatakan, 56 persen wisatawan Cina pergi berlibur ke Hong Kong, Makau, dan Taiwan dalam tiga bulan terakhir pada 2018. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada 2017 sebesar 50 persen. 

McKinsey melaporkan, perjalanan wisatawan Cina ke AS pada 2000 berjumlah 249 ribu orang, dan meningkat tiga kali lipat menjadi 802 ribu orang pada 2010. Jumlah tersebut terus bertambah naik menjadi tiga kali lipat pada 2015, karena pendapatan yang lebih tinggi, koneksi penerbangan jarak jauh yang lebih baik, dan pelonggaran pembatasan visa. Sementara pada 2016 dan 2017 AS menyambut lebih dari 3 juta wisatawan Cina, namun dari sejak saat itu dari tahun ke tahun pertumbuhannya tidak lebih dari 4 persen. 

Sebagian besar pengamat industri berpendapat, penurunan wisatawan Cina ke AS hanya bersifat sementara, karena kelas menengah Cina akan terus berkembang. Sementara, pemerintah AS memperkirakan pariwisata Cina akan tumbuh 2 persen pada tahun ini menjadi 3,3 juta pengunjung dan mencapai 4,1 juta pengunjung pada 2023. 

Seorang profesor manajemen perhotelan di George Washington University, Larry Yu mencatat, turis Cina yang berusia muda melakukan perencanaan perjalanan menggunakan aplikasi media sosial, seperti WeChat. Selain itu, mereka mengadopsi sistem pembayaran berbasis smartphone. Oleh karena itu, tempat-tempat wisata harus berinvestasi dalam teknologi untuk menarik wisawatan Cina. 

WeChat merupakan aplikasi yang meluncurkan panduan interaktif bagi para wisatawan. Wisatawan Cina dapat menggunakan WeChat untuk mengakses tur dalam bahasa Mandarin, termasuk menemukan tempat makan dan berbelanja. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement