REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE -- Masjid diharapkan bisa memanfaatkan kekuatan Islam untuk mengatasi perubahan iklim. Untuk pertama kalinya di Eropa, Cambridge Central Mosque menjadi masjid ramah lingkungan yang mendorong untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi planet ini.
Cambridge Central Mosque terletak di kota Cambridge, Inggris. Masjid ini terbuka untuk umum pada Mei atau tepat di bulan Ramadhan tahun ini. Kapasitas ruang masjid bisa diisi untuk 1.000 orang dan didorong untuk menyebarkan misi untuk membuat iklim bumi yang lebih baik.
"Masjid ini melambangkan hati spiritual komunitas Muslim, itu adalah tempat pusat di mana umat terhubung dengan Tuhan," kata penjaga masjid dan musisi Cat Stevens, dikutip dari Malay Mail belum lama ini.
Penyanyi yang terkenal dengan lagu-lagu hit Wild World itu menjadi Muslim pada 1970-an. Sekarang ia dikenal sebagai Yusuf Islam. Dia mengatakan kepada Thomson Reuters Foundation bahwa umat Islam memiliki peran penting dalam mengatasi krisis iklim.
"Itu (masjid) adalah bagian dari proses pendidikan ulang, menggali lebih dalam ke sifat Islam yang sebenarnya untuk mengungkapkan keharmonisannya dengan keseimbangan alam semesta. Banyak Muslim telah melupakan ini dan tidak berkontribusi cukup untuk krisis iklim saat ini," kata pelantun Morning Has Broken ini.
Bangunan senilai 24 juta poundsterling didanai sebagian besar oleh pemerintah Turki. Masjid itu akan menyambut ratusan jamaah untuk salat malam setiap hari selama bulan Ramadhan.
Dengan memanfaatkan air hujan daur ulang untuk mengairi kebun dan pompa panas pemanen energi, masjid menghasilkan hampir nol emisi karbon. Masjid juga menawarkan kredensial hijau yang lebih baik daripada ribuan masjid lain yang tersebar di Eropa.
"Al Quran menekankan keindahan dan keharmonisan dunia alami sebagai tanda kekuatan dan kebijaksanaan kreatif Tuhan," kata ketua lembaga perwalian masjid dan profesor Universitas Cambridge Timothy Winter atau dikenal sebagai Abdal Hakim Murad.
Abdal Hakim Murad mengatakan perjuangan melawan perubahan iklim dan kepunahan massal spesies bukan hanya pertanyaan praktis tentang kelangsungan hidup manusia. Namun, kondisi tersebut juga cara untuk menghormati dan melindungi sesuatu yang telah diberikan oleh Allah.
Untuk memperlihatkan konsep ramah lingkungan, masjid tersebut pun membuat langit-langit besar dengan kaca untuk menerangi aula utama. Hal ini membuat ruangan tidak memerlukan lampu buatan di siang hari. Atapnya memakai panel yang mengubah sinar matahari menjadi listrik.
"Muslim bisa menjadi kekuatan yang kuat yang dapat dimobilisasi melawan perubahan iklim. Namun, ini akan mengharuskan kita untuk kembali ke ajaran Islam dan kembali untuk menghargai keterampilan, ide, dan rasa hormat bahwa masyarakat akan memberikan lingkungan," kata salah satu pendiri Aksi Iklim Muslim, sebuah kelompok advokasi Inggris, Shanza Ali.
Bagi Ali, pesan lingkungan tidak akan mudah diterima bagi 1,8 miliar Muslim yang beragam di dunia. Dengan begitu, pendekatan pluralistik bisa lebih baik untuk menghidupkan kembali hubungan antara Islam dan lingkungan.
"Proyek-proyek seperti masjid Cambridge akan menjadi penting dalam meningkatkan kesadaran dan menunjukkan kepada orang-orang ini bukan hanya masalah ceruk yang diambil oleh sebagian Muslim. Namun ini merupakan masalah yang menjadi inti keyakinan kami," kata Ali.
Pada 2015, para pemimpin agama Islam bersama-sama mendesak umat Islam untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam memerangi perubahan iklim dalam sebuah deklarasi yang disambut baik oleh PBB. Deklarasi ini menyesalkan masalah yang disebabkan manusia dan menyerukan emisi yang lebih rendah, mengakhiri deforestasi, dan komitmen yang lebih besar terhadap sumber energi terbarukan.