REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Aksi sabotase kapal tanker di perairan Uni Emirate Arab (UEA) dan serangan terhadap pipa minyak milik Arab Saudi harus disikapi secara tegas. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Saudi Ibrahim al-Assaf menjelang perhelatan KTT OKI ke-14 di Jeddah, Rabu (29/5).
"Mereka semua harus disikapi dengan kekuatan dan ketegasan," ujar al-Assaf.
Menurut dia, segenap anggota OKI perlu terlibat dalam mengatasi serangan-serangan demikian. "Kami menekankan perlunya mengerahkan lebih banyak upaya untuk memerangi kegiatan subversif kelompok ekstremis dan teroris," katanya.
Pada 12 Mei lalu, empat kapal tanker, dua di antaranya milik Saudi dan UEA, menjadi sasaran sabotase. Peristiwa itu seketika memicu ketegangan di kawasan Teluk. Sebab ia terjadi saat Amerika Serikat (AS) telah mengerahkan kapal induk dan pesawat bomber untuk menekan Iran.
Setelah sabotase, fasilitas pipa minyak Saudi menjadi sasaran serangan pesawat nirawak. Milisi Houthi yang berbasis di Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Saudi sendiri telah menuding Iran sebagai dalang di balik aksi sabotase dan serangan terhadap fasilitas minyaknya. Teheran membantah tegas tuduhan itu.
Saat ini situasi di Teluk masih memanas. Hal itu diperparah dengan retorika dan ancaman yang saling dilayangkan antara AS serta Iran.