REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hari Idul Fitri dirayakan dengan gegap-gempita oleh kaum Muslimin sedunia. Tanggal 1 Syawal menjadi momen kemenangan bagi umat Islam yang telah menjalani ibadah puasa Ramadhan satu bulan penuh.
Pada pagi hari 1 Syawal, ada ajakan bagi setiap Muslim untuk bersuka cita. Shalat Idul Fitri merupakan suatu syiar Islam yang besar. Rasulullah SAW, sebagaimana hadis riwayat Bukhari dan Muslim, mengimbau umatnya untuk melaksanakannya di lapangan terbuka.
Bahkan, gadis-gadis yang baru dewasa (baligh) atau dalam pingitan dianjurkan untuk ikut keluar rumah. Demikian pula dengan yang sedang menstruasi. Meskipun kaum perempuan itu tidak ikut shalat, hal ini menandakan besarnya keberkahan shalat Id.
Berikut adalah sunah Nabi Muhammad SAW saat sebelum dan sesudah shalat Idul Fitri.
Pertama, mandi sunah sebelum berangkat shalat Idul Fitri. Waktunya bisa sebelum atau sesudah shalat subuh pagi hari 1 Syawal.
Kedua, berhias serta memakai parfum dan bersiwak (gosok gigi). Ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas.
Ketiga, mengenakan pakaian yang terbaik. Hadis riwayat Jabir bin Abdillah menyebutkan, Nabi SAW memiliki jubah yang beliau gunakan ketika hari raya dan hari Jumat. Akan tetapi, jangan pula berlebih-lebihan. Misalnya, sutra adalah bahan yang bagus, tetapi kaum pria dilarang memakainya.
Keempat, makan sebelum berangkat ke tempat shalah Idul Fitri. Anjuran makan ini untuk menegaskan kesan bahwa Ramadhan sudah berlalu. Apalagi, 1 Syawal adalah salah satu dari hari-hari yang di dalamnya dilarang berpuasa.
Dari Anas bin Malik, diriwayatkan bahwa Nabi SAW tidak berangkat ke lapangan pada hari raya Idul Fitri sebelum makan beberapa kurma. Rasul SAW pun memakannya dalam hitungan ganjil, yakni tiga, atau lima, atau seterusnya bila ingin tambah.
Tentunya, makanan yang dimaksud tidak mesti kurma, tetapi bisa sajian apa saja yang halalan thayyibah.
Kelima, mengumandangkan takbir. Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa dia mengeraskan bacaan takbir pada saat Idul Fitri dan Idul Adha ketika dalam perjalanan ke lapangan lokasi shalat. Hal itu dilakukannya sampai imam datang.
Sementara itu, ada anjuran bagi kaum perempuan untuk tidak mengeraskan bacaan takbir. Demikian pula, dalam memakai wewangian, agar tidak berlebih-lebihan.
Ketika imam sudah tiba, maka jamaah dapat mengumandangkan takbir dengan arahan dari imam. Hal itu dilakukan hingga dimulainya shalat Id.
Keenam, saling menyapa dengan salam dan doa. Terutama sesudah shalat Idul Fitri usai, jamaah dapat bersalam-salaman satu sama lain. Hal itu untuk mempererat tali silaturahim di hari yang penuh berkah ini.
Alquran surah an-Nisa ayat 86 telah memberi arahan. Artinya, “Jika kalian diberi salam dalam bentuk apa pun, maka balaslah dengan salam yang lebih baik atau jawablah dengan yang semisal.”
Salah satu ucapan yang masyhur saat silaturahim di Idul Fitri adalah “Taqabbalallahu minna wa minkum.” Ucapan ini disemarakkan kalangan tabiin dan tabitt tabiin. Jawabannya ialah ucapan yang sama.
Salam-salaman ini tentu tak hanya di lokasi shalat, tetapi dalam perjalanan pulang dan di rumah. Makin banyak kaum Muslimin yang kita silaturahim, maka makin baik. Karena itu, Rasul SAW memberi contoh.
Dalam hadis riwayat Jabir bin Abdillah, disebutkan bahwa Nabi SAW ketika melaksanakan shalat Id, beliau memilih jalan yang berbeda (ketika berangkat dan pulang).