REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gema takbir selalu berkumandang pada malam dan pagi hari Idul Fitri. Takbir berarti mengucapkan kalimat Allahu Akbar.
Umat Islam di seluruh penjuru dunia amatlah akrab dengan kalimat tersebut. Setiap hari, azan shalat mengandung ujaran Allahu Akbar. Minimal, 94 kali setiap Muslim mengucapkan Allahu Akbar kala melakukan takbiratul ihram di shalat lima waktu. Ucapan itu juga merupakan untaian zikir yang amat dianjurkan.
Allahu Akbar diucapkan oleh seorang insan yang meyakini Tauhid. Hanya orang-orang yang beriman kepada Allah yang menyadari betul keagungan makna kalimat tersebut. Di antara 99 Nama-nama yang indah (asmaul husna), adalah al-Kabiir dan al-Mutakabbir. Artinya masing-masing Zat Yang Maha Besar dan Zat Yang Maha Memiliki Keagungan.
Apa sebenarnya di balik terjemahan kalimat Allahu Akbar? Mengutip buku 8 Kalimat Al-Thayyibah: Ringan di Lisan, Berat di Timbangan Amal karya M. Fauzi Rachman, terjemahan umumnya adalah 'Allah Mahabesar.' Rachman lebih lanjut memeriksa penerjemahan itu.
Menurut dia, terjemahan yang akurat secara tata bahasa Arab dari kalimat Allahu Akbar adalah 'Allah lebih besar.' Sebab, kata Akbar berbentuk ism al-tafdhil yang berfungsi memperbandingkan sesuatu dalam perserikatan. Akan tetapi, masih ada beberapa soal.
Jika Allahu Akbar diterjemahkan menjadi 'Allah Mahabesar', hal ini memang akan menyalahi kaidah tata bahasa Arab, tetapi bernilai kebenaran karena sesuai dengan akidah agama Islam.
Jika Allahu Akbar diterjemahkan menjadi 'Allah lebih besar', hal ini memang benar berdasarkan kaidah tata bahasa Arab, tetapi justru menyalahi akidah agama Islam.
Sebagai contoh, penerjemahan akbar di mushaf Alquran terbitan Indonesia. Misalnya, surah al-Gafir ayat 57."Lakhalqu as-samaawaati wa al-ardhi akbaru min khalqi an-naas ...." Artinya, "Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar (akbar) daripada penciptaan manusia, ...."
Kemudian, surah al-Qalam ayat 33. Terjemahannya, "Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar (akbar) jika mereka mengetahui."
Terdapat 15 ayat lagi di dalam Kitabullah yang memuat kata akbar (akbara, akbaru,akbari). Di dalam ayat-ayat itu, akbar diterjemahkan oleh Departemen Agama RI sebagai 'lebih besar', bukan 'Mahabesar.'
Bagaimana akbar menjadi bisa diterjemahkan menjadi 'Mahabesar'? Alasannya, jika salah satu sifat dinisbahkan kepada lafal Allah dan menjadi salah satu nama (ism)-Nya, maka kedudukan sifat itu berubah menjadi bentuk 'maha' atau superlative.
Dalam ayat-ayat Alquran tersebut, tidak ada satu pun yang menunjuk pada sifat Allah. Karena itu, kata-kata tersebut semuanya hanya diterjemahkan menjadi 'lebih besar.'
Ungkapan Allahu Akbar pun tepat diterjemahkan menjadi 'Allah Mahabesar.' Sebab, Allah tidak mungkin dibandingkan dengan satu sesuatu pun. Dalam surah al-Ikhlash ayat keempat sudah jelas. "Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia (Allah).” Allah bersifat Al-Mukhalafatu lil Hawaditsi, yakni berbeda daripada makhluk-Nya.