REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter kepresidenan yang mendampingi masa-masa kritis Ibu Ani Yudhoyono, Terawan Agus Putranto menjelaskan tidak ada prosedur kesehatan yang tidak sesuai selama menangani proses penyembuhan Ibu Ani Yudhoyono. Semua prosedur kesehatan telah berjalan dengan baik.
Hingga akhirnya, pada Sabtu (1/6) pagi kondisi Ibu Ani Yudhoyono memasuki masa kritis, setelah sempat memburuk pada Jumat (31/5) malam. Saat kondisi Ibu Ani Yudhoyono kritis, Terawan masih mendampingi Ibu Ani. "Pada Sabtu pagi pukul 08.00 kondisi sempat drop kembali, dan pukul 09.00 mulai tak sadarkan diri," kata dokter Terawan kepada wartawan.
Kondisi tidak sadarkan diri Ibu Ani ini terus bertahan sejak Sabtu pagi hingga pukul 11.50 waktu Singapura hingga akhirnya dikabarkan Ibu Ani Yudhoyono telah meninggal dunia. "Innalillahi wa innailaihi rajiun. Telah meninggal dunia, Ibu Ani Yudhoyono pada pukul 11.50 waktu Singapura semoga Almarhumah khusnul Khotimah," sebut dokter Terawan.
Dokter Terawan kembali menegaskan meninggalnya Ibu Ani Yudhoyono pada Sabtu pagi, memang karena penyakit kanker darah yang diderita almarhumah. Sehingga ia menampik ada faktor lain yang membuat kondisi Ibu Ani Yudhoyono masuk dalam kondisi kritis kembali pada Sabtu pagi, setelah sempat membaik sejak Jumat malam.
"Tim dokter sudah melakukan upaya yang maksimal, namun yang Maha Kuasa berkehendak lain," katanya.
Diketahui Ibu Ani Yudhoyono dikabarkan mengidap kanker darah atau leukimia stadium empat sejak empat bulan lalu. Sejak saat itu, Ibu Ani Yudhoyono dirawat secara intensif di University Hospital Singapura, untuk menjalani medical treatment. Sejak sebulan terakhir dikabarkan kondisi Ibu Ani yang sempat naik turun, memburuk dan membaik, hingga pada Sabtu pagi (1/6) pukul 11.50 waktu Singapura, Ibu Ani dikabarkan meninggal dunia.