REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak kuasa menahan harunya kehilangan sang istri tercinta Ani Yudhoyono. Sabtu (1/6) malam, SBY mengatakan setelah 46 tahun bersama tentu tidak mudah untuk merelakan istrinya kembali bersama Sang Illahi.
Apalagi, Ani Yudhoyono adalah sosok istri yang setia menemani SBY dalam perjalanan kariernya, hingga titik tertinggi sebagai seorang Presiden.
"Ya Allah, Tuhan lagi Maha Penyayang, Tuhan Maha Menyembuhkan, dan Tuhan Maha Mengabulkan, aku memohon pada-Mu panjangkan usia istri tercinta kalau itu membawa kebaikan," cerita SBY, mengingat momen-momen menemani Ibu Ani yang sedang dalam perawatan rumah sakit.
Akan tetapi, ia mengaku siap jika wanita yang selalu mendampinginya di saat senang dan susah menghadap Illahi. Meski SBY mengaku sulit menerima hal tersebut.
"Kami ikhlas untuk istri tercinta kembali kehadirat-Mu, kalau itu juga membawa kebaikan. Diamini semua, saya lihat sepertinya wajah Ibu Ani, saya bisa melihat karena 40 tahun bersama, bahagia dan rileks," ujar SBY.
Rasa kehilangan yang amat besar tentu tak bisa diterimanya dengan mudah. Namun, SBY meminta kepada semua pihak untuk mendoakan istrinya tenang di sisi Allah.
"Saya sedang menata hati saya, saya keluarga memohon doa semoga almarhumah hidup tenang di sisi Allah SWT," ujar SBY.
Presiden ke-6 RI ini pun bertekad untuk mengerjakan rencana dan cita-cita Ani Yudhoyono yang tidak sempat diwujudkan. "Saya dan keluarga Insya Allah akan wujudkan mimpi-mimpi dan cita-cita Ibu Ani yang belum bisa diwujudkan," ujar SBY.
Sebelum tutup usia
SBY kembali menceritakan momen-momen terakhirnya bersama sang istri. Salah satu momen yang diceritakannya adalah saat dirinya berkomunikasi dengan Memo -sapaan akrab Ani Yudhoyono- walau saat itu istrinya sedang tertidur.
SBY menceritakan, dia dan keluarga yang sangat mengharapkan kesembuhan untuk wanita tercintanya. Bahkan saat itu, ia tak bisa menahan tangis hingga air mata dari Presiden ke-6 RI ini mengenai kening dari istrinya.
"Air mata saya pun jatuh di keningnya, saya bisikkan, kami semua ada di sini, air mata saya jatuh. Ini adalah air mata cinta, air mata kasih," ujar SBY di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor.
SBY melanjutkan, sebelum momen ini terjadi, sebuah kabar bahagia sempat menghinggapi keluarganya. Dokter menyebut kondisi kesehatannya Memo sempat membaik. Bahkan saat itu, ada harapan bahwa penyakit yang mendiami istrinya dapat disembuhkan.
"Kami punya harapan, Insya Allah bisa disembuhkan, karena dokter mengatakan bahwa sel-sel kanker dalam tubuh Bu Ani menurun," ujar SBY.
Adanya kabar baik itu, ia sempat mengajak keluar istrinya berkeliling di luar rumah sakit. Karena dokter memperbolehkan Ani Yudhoyono untuk menjalani aktivitas ringan.
Raut senyum keduanya pun tampak terpancar lewat foto-foto yang beredar di media sosial. Meski saat itu, keduanya mengenakan masker agar kesehatan Ani Yudhoyono tetap terjaga.
SBY yang setia mendorong kursi roda dan membantu Ani Yudhoyono saat itu. Tampak menggambarkan bahwa ia tak ingin senyum dari istrinya pudar.
Namun, nasib berkata lain. Tiga hari yang lalu, SBY menceritakan bahwa sel-sel kanker yang ada di tubuh istrinya mengalami peningkatan. "Ada krisis ada ledakan sel-sel kanker. Meningkat tajam sehingga para dokter kewalahan, sehingga pada akhirnya masuk ICU," ujar SBY.
Dengan mata yang sedikit berkaca-kaca menahan sedihnya, SBY kembali menceritakan momen terakhirnya bersama sang istri. Saat itu, bersama anggota keluarganya, doa untuk kesembuhan Ani Yudhoyono terus dipanjatkan.