Senin 03 Jun 2019 00:44 WIB

Ramla Ali, Petinju Perempuan Muslim dan Tekad di 2020

Ramla Ali adalah petinju muslim perempuan pertama yang memenangkan gelar di Inggris

Ramla Ali, Petinju perempuan muslim pertama yang meraih juara tinju di Inggris
Foto: time.com
Ramla Ali, Petinju perempuan muslim pertama yang meraih juara tinju di Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, Fergi Nadira/Wartawan Republika

Sejatinya Ramla Ali adalah wanita Muslim pertama yang memenangkan gelar tinju Inggris. Saat ini, Ali memiliki tujuan baru yakni mengikuti Olimpiade 2020 di Tokyo.

Hanya saja di Olimpiade 2020, Ali akan menjadi petinju perempuan Muslim pertama yang mewakili negara kelahirannya Somalia. Sebuah negara yang pada 2016 lalu hanya mengirim dua atlet ke Olimpiade Rio.

Seperti Muslim pada umumnya, di bulan Ramadhan Ali menjalankan ibadah puasa. Dia masih terus berlatih dengan bungkusan sarung tinju di tangannya di East End London. "Aku masih berlatih. Yang jelas ini sangat sulit," kata dia dilansir Time, Ahad.

Perjalanan hingga ia menjadi seperti sekarang tidak mudah. Saat kecil selama perang sipil Somalia di awal 1990an, keluarganya meninggalkan Mogadishu usai kakak laki-lakinya terbunuh oleh bom. Ia dan keluarganya melarikan diri dari negara itu melalui perjalanan kapal berbahya ke Kenya, dan akhirnya berkahir di London.

Sampai di London, ia bersekolah. Di sekolah, Ali kerap diganggu sebab memiliki obesitas alias berat berlebih, hingga dia menemukan olahraga tinju di kala remaja.

Awalnya ia menyembunyikan kegemarannya tersebut sebab ibunya khawatir olahraga tersebut tidak pantas untuk perempuan Muslim."Saya tahu dia tidak akan pernah mendukung," kata Ali.

Kendati demikian, pada hari Ali memenangkan gelar tinju Inggris pada tahun 2016, dia memberi tahu keluarganya bahwa dia akan mengejar cita-citanya.

Ketika Ali mulai menggeluti lebih dalam olahraga tinju, ibunya akhirnya tahu dan memintanya untuk berhenti. "Saya mengerti, karena dia tumbuh di era yang berbeda dengan saya. Tapi ada rasa marah pada saat bersamaan. Bagaimana kamu tidak mengerti bahwa ini adalah apa yang aku sukai? ”

Delapan belas bulan lalu, seorang paman di Mogadishu akhirnya membantu meyakinkan ibu Ali. Pada saat itu, Ali telah membuat keputusan untuk mewakili Somalia, bukan Inggris, di tingkat internasional. 

"Dia menelepon saya dan mengatakan dia sangat bangga pada saya," kata Ali.

Kini, ibu Ali adalah penggemar terbesarnya, meskipun sang ibu belum pernah secara langsung melihat putrinya di atas ring. Namun, lambat laun akan berubah. Pada Mei, setelah Ali kembali dari turnamen di Botswana, ibunya membuat Ali berjanji.

"Dia berkata, 'Jika kamu sampai di Tokyo, aku akan memesan tiketku dan aku akan melihatmu di sana.'," cerita Ali.

Ketika dia tidak melakukan tur luar negeri untuk kompetisi, Ali menjalankan kelas self defense mingguan gratis untuk perempuan di London Selatan. Sesi ini sangat populer di kalangan wanita Muslim yang ingin belajar melindungi diri mereka sendiri di lingkungan yang ramah wanita.

Sebagai seorang pengungsi di negara yang memberinya begitu banyak peluang, Ali sama-sama sadar bahwa petinju Afrika yang berlatih di negara asalnya tidak cukup terwakili di papan tinju papan atas.

Itulah sebabnya dia mengumpulkan dana untuk membawa tim tinju Botswana ke Inggris untuk pelatihan selama seminggu di depan All Africa Games. "Hal yang membedakan mereka dari negara lain bukanlah keterampilan mereka. Hanya saja fakta bahwa mereka tidak memiliki peluang yang sama," katanya.

Ali berharap orang lain akan terinspirasi untuk tidak menyerah pada olahraga. "Jangan terhalang karena hanya seseorang mengatakan kepada Anda bahwa bukan apa yang harus dilakukan seorang gadis. Lakukan saja apa yang membuatmu bahagia," tukasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement