REPUBLIKA.CO.ID, GOWA -- Sedikitnya 100 orang jamaah An-Nadzir berkumpul di perkampungan Mukmin An-Nadzir di Kelurahan Romang Lompoa, Kecamatan Bonto Marannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Sekumpulan jamaah ini melakukan shalat Idul Fitri 1440 Hijriah.
"Shalat Id ini dilakukan setelah penetapan 1 Syawal yang jatuh hari ini setelah perhitungan memantau bulan dan tanda-tanda alam," kata Ketua Dewan Pengawas dan Penanggung Jawab Pendidikan dan Pembangunan Jamaah An-Nadzir Gowa, Ustaz M Samiruddin Pademmui seusai shalat Idul Fitri di Kabupaten Gowa, Sulsel, Senin (3/6).
Menurut dia, penetapan 1 Syawal itu dengan melihat bulan purnama pada penanggalan syamsiah 14, 15 dan 16. Lalu menghitung mundur sebelum tiga hari terakhir bulan Sya'ban.
Pada saat itu mengamati terbitnya fajar siddiq. Selain itu, juga dapat mengamati dengan melihat tanda-tanda alam lainnya seperti puncak air laut pasang atau pasang konda atau arah angin bertiup.
Seusai shalat Subuh, jamaah An-Nadzir sudah berbondong-bondong ke lokasi shalat Id dengan menggunakan jubah khas yang didominasi warna hitam. Jamaah laki-laki menggunakan sorban dan umumnya berambut warna kecoklatan yang menjadi ciri khas jamaah ini.
Sedangkan jamaah perempuan, menggunakan gamis hitam dan mengenakan burka untuk menutupi wajahnya. Meski jauh dari kesan meriah karena jumlah jamaahnya cukup terbatas, tidak seperti jamaah pada hari raya pada umumnya, namun kekhusyuan jamaah tetap terlihat.
Setelah melakukan shalat Idul Fitri, khatib membaca khutbah shalat Idul Fitri yang mengusung tema Idul Fitri mengembalikan manusia kembali suci. "Setelah berpuasa sebulan lamanya dan memperbanyak beribadah shalat lail, tibalah di hari kemenangan ini," katanya.
Seusai membaca khutbah, Ustaz Samiruddin menutup dengan doa yang diaminkan oleh jamaah An-Nadzir. Kemudian saling bersalaman sebagai tanda saling memaafkan kesalahan dan kekhilafan masing-masing.