REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Dewan Militer Peralihan Sudan (TMC) menyatakan membatalkan semua kesepakatan sebelumnya dengan koalisi oposisi utama, Selasa (4/6). TMC menyerukan pemilihan umum dini setelah kerusuhan mematikan di Ibu Kota Sudan, Khartoum.
Pasukan keamanan bergerak untuk membubarkan kamp protes utama di luar gedung Kementerian Pertahanan. Pembicaraan antara TMC dan aliansi Deklarasi Kekuatan Kebebasan dan Perubahan (DFCF) telah macet kendati berpekan-pekan perundingan.
Meskipun masa peralihan tiga tahun sebelum pemilihan umum dan pembentukan badan legislatif telah ditetapkan, pembicaraan mengenai apakah warga sipil atau militer memegang tampuk kekuasaan selama masa peralihan tiga tahun menemui jalan buntu.
Di dalam pidatonya, Letnan Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan mengatakan koalisi itu sama bertanggungjawabnya atas penundaan dicapainya kesepakatan akhir. Al-Burhan mengatakan pemilihan umum akan diselenggarakan dalam waktu sembilan bulan.
Pasukan keamanan menyerbu satu kamp protes di Khartoum pada Senin dini hari. Petugas medis yang berhubungan dengan oposisi mengatakan lebih dari 35 orang tewas dalam apa yang menjadi kerusuhan terburuk sejak tergulingnya presiden Omar Al-Bashir pada April. Al-Burhan berjanji akan melakukan penyelidikan mengenai peristiwa mematikan tersebut.