REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Keamanan Inggris Ben Wallace menyatakan negaranya belum membuat keputusan terkait penggunaan teknologi dari perusahaan China, Huawei, dalam jaringan 5G.
"Pemerintah belum mencapai kesimpulan mengenai cara menangani prasarana utama yang berpotensi membuat lemah atau tentu saja dapat dieksploitasi oleh negara asing untuk memata-matai kami, yang sedang berlangsung," kata Wallace kepada BBC Radio, Selasa (4/6).
Ia mengatakan negaranya tetap memperhatikan mitra dan juga sekutu khususnya di Five Eyes. Hanya saja ketika ada aturan ketika negaranya telah mengizinkan sebuah entitas atau perusahaan masuk ke pasar.
Dalam kunjungan ke Inggris, Donald Trump diperkirakan menuntut pengganti Perdana Menteri Theresa May agar melarang Huawei dari jaringan 5G sementara ribuan pemrotes di seluruh London mencemooh Presiden AS tersebut. Trump membawa tuntutan bagi sekutu terdekat Amerika Serikat di Eropa, termasuk seruan oleh utusannya, agar Inggris bersikap lebih keras terhadap raksasa teknologi Huawei Technologies Co Ltd.
Masalah Huawei diperkirakan menjadi topik utama pembicaraan di London setelah Pemerintah Inggris kelihatannya membangkang terhadap tuntutan pemerintah Trump dan mengizinkan perusahaan China itu peran terbatas dalam pembangunan jaringan 5G.
Pemerintah Trump telah memberi tahu sekutunya agar tidak menggunakan perlengkapan dan teknologi 5G Huawei karena ada kekhawatiran semua itu akan memungkinkan China memata-matai data dan komunikasi sensitif. Huawei membantah perusahaan tersebut adalah, atau dapat menjadi, kendaraan bagi dinas intelijen China.