Selasa 04 Jun 2019 19:36 WIB

Cerita Sang Penghitung Kendaraan Mudik di Jalur Selatan

Para penghitung kendaraan jalur selatan dituntut kuat hadapi cuaca panas dan dingin

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Christiyaningsih
Petugas Dishub Kabupaten Garut Wilayah VII, Deden, menghitung arus kendaraan mudik di pos pemantauan Dishub Garut di Cigagede, Limbangan.
Foto: Republika/Umar Mukhtar
Petugas Dishub Kabupaten Garut Wilayah VII, Deden, menghitung arus kendaraan mudik di pos pemantauan Dishub Garut di Cigagede, Limbangan.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- "Ayah tidur di mana?" tanya seorang anak kepada Asep Rahman melalui panggilan video. "Di pos, sayang. Besok pagi baru bisa pulang," balas petugas UPTD Wilayah VII Dinas Perhubungan Garut itu. Percakapan berlangsung sekitar 10 menit dan mereka saling bertanya kabar.

Asep Rahman pada musim mudik kali ini kembali bertugas menghitung arus kendaraan yang melintasi jalur selatan. Dia sudah melakoni tugas ini sejak 2012 yang lalu. Baginya, ada kepuasan dan kebanggaan tersendiri bisa turut terlibat dalam musim mudik tiap tahun meski harus terpisah dari keluarga.

Baca Juga

Tempat tinggal Asep berada di Desa Cibugel, Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang. Dari lokasi tempatnya bertugas, butuh waktu sekitar 45 menit dengan motor untuk sampai di rumah. "Kebetulan di antara pegawai yang lain, rumah saya yang paling jauh," kata dia kepada Republika, Selasa (4/6).

Asep sedang beruntung pada musim mudik tahun ini karena bisa malam takbiran di rumah. Namun jika malam takbiran di rumah, selepas shalat Ied ia harus segera kembali ke pos pemantauan Dishub Garut di Limbangan.