REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah pemudik di Bandara Halim Perdanakusumah Kusuma, Jakarta Timur, pada Lebaran terhitung dari H-7 hingga H-2 mengalami penurunan hingga 9,9 persen di banding tahun 2018. Executive General Manager Bandara Halim Perdanakusuma Pip Darmanto mengatakan, salah satu faktor utama penurunan jumlah pemudik ini karena mahalnya harga tiket pesawat.
"Sejak kenaikan harga tiket pesawat ada penurunan jumlah penumpang, dari H-7 sampai H-2 penurunannya 9,9 persen," kata Pip, Selasa (4/6).
Pip menjelaskan, jumlah kedatangan dan keberangkatan penumpang Bandara Halim pada H-7 Lebaran, Rabu (29/5) sebanyak 20.516 orang yang diangkut dengan 185 penerbangan.
Pada H-6 jumlah penumpang tercatat sebanyak 18.594 orang dengan 179 penerbangan. Lalu H-5 sebanyak 17.372 orang dengan 170 penerbangan dan H-4 sebanyak 18.787 orang dengan 189 penerbangan. Untuk H-3 tercatat 16.835 orang penumpang dengan 179 penerbangan, dan H-2 sebanyak 15.058 dengan 152 penerbangan.
Jika dibandingkan dengan tahun 2018, jumlah penumpang pada H-7 sebanyak 21.150 orang dengan 167 penerbangan. Pada H-6 tercatat 22.131 orang dengan 176 penerbangan. Selanjutnya pada H-5 sebanyak 17.372 orang dengan 185 penerbangan. H-4 sebanyak 19.045 orang dengan 188 penerbangan, H-3 sebanyak 19.879 dengan 189 penerbangan, dan H-2 sebanyak 20.282 orang dengan 187 penerbangan.
Menurut Pip, selain karena faktor harga tiket pesawat, penurunan penumpang terjadi karena sudah dibukanya tol Trans Jawa dan alternatif mudik lainnya menggunakan jasa angkutan laut. "Sejak tol Trans Jawa lancar, ke Semarang jadi lebih cepat kan," katanya.
Pip mengatakan, penurunan jumlah penumpang ini berdampak pada berkurangnya revenue atau pendapatan dari Angkasa Pura selaku pengelola. Pendapatan paling terasa pada airport tax. "Berapa pengurangannya ada, tapi saya tidak sebutkan, pasti berdampak," kata pria berpangkat marsma ini.
Meskipun terjadi penurunan, lanjut Pip, jumlah ini tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan bandara-bandara lain di sejumlah daerah di Indonesia yang mengalami penurunan mencapai 20 persen.
Hal ini dikarenakan Bandara Halim memiliki kekhususan sebagai inclave sipil bandara yang melayani penerbangan reguler, pribadi, dan kendaraan. "Bandara Halim tergolong favorit masyarakat karena akses berada di tengah kota, dekat, dan strategis lokasinya dekat tol juga," kata Pip.