REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Tim Pencarian dan Penyelamatan Satuan Perlindungan Masyarakat Koordinator Wilayah II Baron, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyiapkan jalur evakuasi kecelakaan laut. Ini untuk mengantisipasi kesulitan evakuasi bila terjadi kecelakaan laut saat libur Lebaran 2019.
Koordinator SAR Satlinmas Wilayah II Gunung Kidul Marjono mengatakan pada libur lebaran biasanya kawasan pantai dipadati pengunjung. Hal ini menimbulkan meningkatnya potensi kecelakaan laut.
"Di samping itu kendaraan menuju kawasan pantai cukup padat. Kalau terjadi laka laut, dan terjadi kepadatan dijalur darat, tim SAR menyiapkan dua kapal untuk melakukan evakuasi melalui jalur laut," kata Marjono di Gunung Kidul, Rabu (5/6).
Kapal akan ditempatkan di Pantai Drinidan Pantai Baron. Proses evakuasi jalur laut, korban akan dibawa ke Pantai Ngrenehan, Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari. Selanjutnya, korban laka dibawa menuju ke RSUD Wonosariuntukmendapatkan pertolongan lanjutan.
Pemilihan jalur evakuasi laut menuju ke wilayah Ngrenehan karena di Kecamatan Saptosari banyak jalan-jalan yang kondisinya sepi sehingga mempermudah dalam memberikan pertolongan. "Rute laut diambil bilamana jalur darat mengalami kemacetan parah," katanya.
Untuk menjaga wisatawan selama libur lebaran tahun 2019, SAR Gunung Kidul menerjunkan 57 personel yang tersebar di seluruh kawasan pantai mulai dari Pulangsawal atau Indrayanti hingga kawasan pantai di Kecamatan Saptosari. Dia mengakui, personel SAR masih sedikit dibandingkan dengan jumlah pengunjung. Untuk itu, pihaknya berharap wisatawan ikut menjaga diri sendiri.
"Dari prediksi gelombang laut landai, namun yang patut diwaspadai kemunculan ubur-ubur," ucapnya.
Sekretaris SAR Satlinmas Wilayah II Baron Gunung Kidul Surisdiyanto mengatakan pihaknya akan terus siaga selama liburan berlangsung. Ia juga mengimbau pengunjung berhati-hati saat bermain di sekitar pantai. Untuk pengawasan, ada dua cara yang dilakukan yakni melalui pos pantai dan membaur dengan wisatawan.
Jika melihat ubur-ubur atau masyarakat lokal dikenal impes, pihaknya berharap hewan bertentakel berwarna biru itu tidak disentuh. Bentuk ubur-ubur ini bisa menarik perhatian, khususnya anak-anak karena memiliki bentuk dan warna yang unik.
"Reaksi dari sengatan berbeda-beda mulai dari gatal-gatal, kepanasan, sesak nafas sampai pingsan," katanya.