REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura (AP) II mendukung rencana Presiden Joko Widodo untuk mengajak maskapai asing masuk ke Indonesia dengan membuka rute penerbangan domestik. Direktur Utama AP II, Muhammad Awaluddin menyatakan kesiapannya untuk menyambut masuknya maskapai asing melayani rute domestik di 16 bandara di kawasan Indonesia Barat.
"Kami mendukung. Operator bandara menyatakan kesiapan untuk itu," kata Awaluddin kepada wartawan di kawasan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Rabu (5/6).
Namun, menurut Awaluddin, kendati dari segi operasional bandara telah siap, aspek regulasi yang mengikat untuk membuka pintu lebar bagi maskapai asing harus disiapkan terlebih dahulu. Sebab, memasukkan maskapai asing ke Indonesia juga telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Awaluddin menekankan, aspek pertama yang harus dipastikan terkait asas cabotage. Selain itu, AP II ingin agar tercipta kesempatan berusaha yang setara antara maskapai asing dan domestik yang selama ini telah berkontribusi dalam pembangunan konektivitas udara.
"Mereka (maskapai asing) yang baru masuk perlu dipertimbangkan untuk juga melayani rute-rute perintis. Memang badan usaha yang baru masuk harus melakukan hal yang sama. Secara prinsip, kami selaku operator bandara sangat mendukung," kata Awaluddin.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Darmin Nasution, menilai masuknya maskapai asing dapat membantu untuk menurunkan harga tiket pesawat rute domestik yang saat ini sangat tinggi. Menurut Darmin, harga sulit turun karena struktur pasar industri penerbangan saat ini dikuasai oleh Garuda Indonesia dan Lion Air.
Ia menyebut, terjadi duopoli di industri penerbangan Indonesia. Alhasil, harga dapat dengan mudahnya naik tajam dan sulit turun meskipun berbagai langkah telah ditempuh pemerintah.
"Idealnya, kalau struktur pasar cenderung memberikan kekuatan pada produsen, maka jawabannya, undang saingannya supaya dia turunkan harga. Tentu maskapai yang ada dia akan berteriak," kata Darmin.
Jika persaingan semakin ketat, menurut Darmin, maka industri penerbangan ke depan tidak hanya memikirkan produsen semata, tapi juga konsumen. "Kenaikan harga tidak akan setajam sekarang kalau pasar tidak duopoli," ujar dia.