Kamis 06 Jun 2019 11:00 WIB

Cina Tingkatkan Retorika Anti-AS

Cina juga berjanji untuk meluncurkan tindakan penanggulangan lain yang diperlukan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Endro Yuwanto
Pertemuan perwakilan Amerika Serikat dengan Wakil Perdana Menteri Cina Liu He di Beijing membahas kesepakatan terkait perdagangan kedua negara.
Foto: AP
Pertemuan perwakilan Amerika Serikat dengan Wakil Perdana Menteri Cina Liu He di Beijing membahas kesepakatan terkait perdagangan kedua negara.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Dalam beberapa hari terakhir, Pemerintah Cina telah mengeluarkan dua peringatan perjalanan baru untuk warga negara yang menuju ke Amerika Serikat (AS). Media pemerintah juga telah meningkatkan retorika anti-AS.

Hal ini Ini merupakan indikasi terbaru dari Beijing yang terlibat dalam perang dagang yang berkepanjangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Administrasi Presiden AS, Donald Trump, menaikkan tarif dari 10 persen menjadi 25 persen atas barang-barang Cina senilai 200 miliar dolar AS pada 10 Mei. Kemudian mengancam raksasa teknologi Cina Huawei dengan kemungkinan larangan ekspor.

Sebagai tanggapan, Cina meningkatkan tarif barang-barang AS senilai 60 miliar AS pada Sabtu lalu. Cina juga berjanji untuk meluncurkan tindakan penanggulangan lain yang diperlukan.

Pada Selasa (4/6), Kementerian Pariwisata Cina memperingatkan warganya tentang risiko bepergian ke AS dalam sebuah peringatan. Mereka memberi informasi seputar kasus-kasus yang sering terjadi seperti penembakan, perampokan, dan pencurian.

Pada hari yang sama, kementerian luar negeri negara itu, bersama dengan kedutaan dan konsulat Cina di AS, mengeluarkan peringatan keamanan bagi warga Cina.

Kedua pemberitahuan itu menyarankan warga Cina untuk meningkatkan kesadaran keselamatan di AS. Ini datang tak lama setelah peringatan kementerian pendidikan pada Senin yang memperingatkan siswa dan cendekiawan Cina tentang bahaya belajar di AS, karena masalah visa yang kian meningkat.

Dengan peringatan terbaru dari kementerian pendidikan, beberapa analis sudah memperkirakan penurunan jumlah siswa Cina yang kuliah di universitas-universitas AS. Sementara yang lain menyatakan banyak kecemasan dan kepanikan yang berlebihan.

"Saya tak bisa berspekulasi tentang apa yang dipikirkan atau dilakukan oleh masing-masing pemerintah, tetapi saya tak melihat satu pun (masalah visa AS) di antara ratusan siswa kami," kata salah satu pendiri Elite Schools of China, Tomer Rothschild, sebuah konsultasi pendidikan di Beijing yang membantu sekitar 150 mahasiswa Tiongkok mendaftar di universitas-universitas top AS setiap tahun, dilansir CNN, Kamis (6/6). "Saya bilang pada orang tua untuk tetap rasional dan tetap tenang," 

Di sisi lain, Partai Komunis Cina yang berkuasa telah meluncurkan kampanye propaganda perang dagang. Upaya belum lama ini disampaikan melalui media pemerintah yang berfokus pada 'hegemoni'. Dalam satu artikel yang diterbitkan di corong partai People's Daily, AS dicap sebagai musuh dunia.

Sementara, komentar anti-AS mengutip dari orang-orang seperti Presiden Prancis, Emmanuel Macron, hingga filsuf abad ke-18 Adam Smith. Media pemerintah juga mulai merujuk pada pertempuran yang spesifik dan berdarah antara pasukan AS-Cina selama Perang Korea 1950-1953.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement