Kamis 06 Jun 2019 20:41 WIB

Kunjungan Wisata Galunggung Meningkat Puluhan Kali Lipat

Hingga Kamis (6/6) sore kunjungan wisata ke Gunung Galunggung capai 3.500 orang.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andri Saubani
Suasana H+1 Lebaran di destinasi wisata Gunung Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (6/6) sore.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Suasana H+1 Lebaran di destinasi wisata Gunung Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (6/6) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sehari setelah Lebaran 1440 H, kunjungan wisata ke Gunung Galunggung meningkat puluhan kali lipat. Berdasarkan pantauan Republika, destinasi wisata yang terletak di Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya itu ramai dikunjungi wisatawan, baik dari dalam maupun luar kota.

Senior Cluster Manager Gunung Galunggung, Yaya Sutia mengatakan, hingga Kamis (6/6) sore kunjungan wisata ke kawah Gunung Galunggung mencapai sekitar 3.500 orang. Angka itu meningkat puluhan kali lipat dibandingkan jumlah kunjungan pada hari biasa.

"Kalau hari biasa paling 300 sampai 500 orang. Itu pun akhir pekan. Kalau hari biasa mah 50 orang," kata dia, Kamis (6/6).

Meski begitu, jumlah kunjungan itu masih dianggap lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Ia mengatakan, jumlah kunjungan wisata pada H+1 Lebaran tahun 2018 mencapai 4.700 orang. Bahkan, pada H+2 Lebaran 2018 angka kunjungan wisatawan meningkat hingga 7.600 orang.

Ia memrediksi, puncak kunjungan wisata Gunung Galunggung akan terjadi pada Sabtu hingga Ahad. Pasalnya, mulai Senin pegawai akan kembali bekerja.

"Kalau besok Jumat, pasti relatif sepi. Prediksi kita Sabtu akan meningkat lagi," kata dia.

Untuk memasuki area kawah Gunung Galunggung, wisatahan harus membayar Rp 10 ribu per orang. Sementara untuk kendaraan parkir ditarif Rp 5.000. Uang itu akan masuk ke kas Perhutani yang mengelola kawasan Gunung Galunggung.

Selain dapat menikmati pemandangan kawah gunung yang terakhir erupsi pada 1982 itu, pengujung juga bisa menikmati wisata pemandian air hangat, yang airnya bersumber dari sungai, di Cipanas Galunggung. Namun, tempat pemandian itu sebagian dikelola oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora), Kabupaten Tasikmalaya. Karena itu, pengunjung harus membayar tiket yang berbeda untuk masuk ke tempat pemandian tersebut.

Di pintu gerbang area wisata Galunggung, pengunjung yang datang akan disuguhi dua jalan yang bercabang. Ke arah kiri adalah jalan menuju kawah Gunung Galunggung, sementara ke kanan merupakan jalan menuju tempat pemandian air panas Cipanas Galunggung.

"Dulu memang disatukan tiketnya, tapi sejak 20 Mei memisah karena berbagai pertimbangan, salah satunya keluhan pengunjung banyak bayar. Kalau sekarang ke kawah hanya satu pintu, tidak ada punguntan lagi," kata Yaya.

Salah satu petugas retribusi Disparpora Kabupaten Tasikmalaya, Cecep mengatakan, hingga Kamis sore tercatat lebih dari 1.000 pengunjung telah memasuki kawasan Cipanas Galunggung. Setiap pengunjung yang masuk ke wilayah itu dimintai retribusi Rp 6.000 per orang, serta tambahan Rp 1.000 untuk kendaraan roda dua, Rp 2.500 untuk kendaraan roda empat, dan Rp 5.000 untuk bus.

Meski pengunjung yang datang ke kawasan Cipanas telah mencapai 1.000 orang, Cecep mengatakan, angka itu masih jauh dibandingkan dari tahun sebelumnya. "Kalau dulu dari sebelumnya selalu macet dari hari H Lebaran, sampai 5.000 orang. Sekarang mah gitu saja, landai," kata dia.

Berdasarkan pantauan Republika, jumlah kendaraan yang mengantre di loket retribusi menuju kawasan Cipanas Galunggung memang tak begitu padat. Hanya ada antrean kendaraan sampai 10 baris maksimal untuk menuju ke dalam.

Padahal, Cecep melanjutkan, pada Lebaran tahun sebelumnya, kemacetan bisa mengekor hingga jarak ratusan kilometer. Bahkan, kata dia, pengunjung yang terlalu lama antre banyak juga memilih kembali pulang.

Ia menambahkan, pada musim Lebaran kali ini banyak yang mengeluh terkait karcis yang terpisah antara memasuki kawah dan tempat pemandian air panas. "Kalau kita hanya menyediakan kolam, bak rendam air hangat, dan selfie di parkiran. Semakin ke dalam, ada pula kolam pemandian dan air terjun milik Perhutani, bayar lagi," kata dia.

Menurut dia, adanya pemisahan tiket masuk itu membuat repot para pangunjung. Padahal, pengunjung banyak yang ingin melihat kawah sekaligus mandi di air hangat setelahnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement