REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pejabat Amerika Serikat (AS) dan Meksiko gagal mencapai kesepakatan pada Kamis (6/6) untuk mencegah diberlakukannya tarif impor. Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan akan memberlakukan tarif impor untuk membendung aliran migran Amerika Tengah di seluruh perbatasan selatan AS. Trump mengancam akan mengenakan pajak 5 persen pada semua barang dari Meksiko, mulai Senin (10/6)
Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan, AS didorong oleh proposal terbaru Meksiko. Tetapi, sejauh ini, rencana tarif akan mulai berlaku Senin belum berubah.
Dilansir dari AP, Jumat (7/6), Pence menambahkan bahwa presiden yang akan memutuskan apakah Meksiko melakukan cukup banyak upaya untuk mencegah tarif itu diberlakukan. Pence mengatakan, di antara masalah-masalah lain, para negosiator telah membahas perjanjian potensial untuk mempersulit orang-orang yang memasuki Meksiko dari negara-negara lain untuk mengklaim suaka di AS. Meksiko telah lama menolak permintaan itu.
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengeluarkan pernyataan, Kamis (6/6), yang mengatakan posisi Trump belum berubah. Trump masih bergerak maju dengan tarif saat ini. Kebijakan penetapan tarif 5 persen ini ditentang oleh banyak orang di Partai Republik sendiri.
Pembicaraan panik dalam menit-menit terakhir menggarisbawahi pendekatan Trump bahkan keputusan itu memiliki konsekuensi ekonomi yang sangat besar untuk AS dan sekutu terdekatnya. Trump telah merangkul tarif sebagai alat yang dapat ia gunakan sebagai pengaruh terhadap negara lain, menampik potensi kerugian bagi konsumen dan produsen Amerika.
"Kita akan melihat apa yang terjadi. Tapi sesuatu yang sangat dramatis bisa terjadi. Kami sudah memberi tahu Meksiko tarifnya terus berjalan. Dan saya bersungguh-sungguh juga dan saya sangat senang dengan itu," kata Trump di Irlandia sebelum berangkat ke Prancis untuk menghadiri upacara D-Day.
Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard menghabiskan beberapa jam di Departemen Luar Negeri pada Kamis pagi, sementara penasihat hukum Trump dan ajudan Meksiko lainnya bertemu di Gedung Putih, Kamis sore.
Ebrard mengatakan kepada wartawan ketika dia meninggalkan Departemen Luar Negeri pada Kamis malam,"Kami belum memiliki kesepakatan. Jadi besok pagi kami akan tetap bekerja."
Ebrard mencatat bahwa Meksiko akan mengerahkan 6.000 pasukan Garda Nasional ke perbatasannya dengan Guatemala untuk membantu mengendalikan arus migran. Pejabat Gedung Putih meremehkan kemungkinan kesepakatan untuk menghindari tarif.