REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Utara (Sultra) bersama sejumlah tokoh setempat melakukan rekonsiliasi pascabentrokan warga di Desa Sampuabalo dan Desa Gunung Jaya, Buton. Bentrokan tersebut menyebabkan korban jiwa dan pembakaran rumah warga.
“Kapolda Sultra langsung yang mengundang seluruh tokoh yang ada di wilayah Buton melakukan proses rekonsiliasi,” ujar Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhart saat dihubungi, Jumat (7/6).
Harry menuturkan, proses rekonsiliasi dilakukan sejak Kamis (6/6) kemarin dan akan dilanjutkan pada hari ini. Harry berharap upaya rekonsiliasi dapat membuahkan hasil sehingga kembali menciptakan perdamaian antarwarga kedua desa tersebut.
“Proses rekonsiliasi dilanjutkan, kita berharap ada solusi yang dihasilkan untuk mengembalikan kondisi situasi di wilayah kedua desa tersebut,” kata dia.
Ia menambahkan kepolisian masih menjadikan upaya rekonsiliasi untuk mendamaikan kedua tersebut. Namun, ia tidak menutup kemungkinan dilakukan upaya lain seperti razia knalpot racing atau patroli untuk mencegah kembali terjadinya bentrokan.
“Iya nanti, fokus kita adalah saat ini bagaimana mengembalikan situasi di di wilayah kedua desa agar kondusif,” kata Harry.
Kepulan asap hitam dari puluhan rumah yang dibakar di Desa Gunung Jaya usai terjadi keributan antar pemuda di perbatasan antara Desa Gunung Jaya dan Desa Sampuabalo, Buton, Sulawesi Tenggara, Rabu (5/6/2019). (ANTARA)
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Buton menyebutkan dua korban meninggal dunia akibat bentrok antarwarga Desa Sampoabalo dan Desa Gunung Jaya daerah itu. Mereka yang meninggal diduga diakibatkan karena benda tajam.
Selain korban meninggal, ada juga korban luka-luka. Sebanyak delapan orang yang mengalami luka-luka akibat terkena busur atau benda tajam lainnya. "Lebih detailnya kita belum bisa memastikan karena masih dalam pemeriksaan," ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan Buton, Djufri, di Buton, Kamis (6/6).