Jumat 07 Jun 2019 16:27 WIB

Grebeg Syawal, Tradisi Masyarakat Yogya Rayakan Idul Fitri

Tradisi Grebeg Syawal merupakan adat setempat Yogya

Rep: Wahyu Suryana / Red: Hasanul Rizqa
Grebeg Syawal. Warga berebut Gunungan Grebeg Syawal di Halaman Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Rabu (5/6/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Grebeg Syawal. Warga berebut Gunungan Grebeg Syawal di Halaman Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Rabu (5/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Berebut gunungan di Lapangan Komplek Kepatihan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), jadi tradisi masyarakat setempat dalam merayakan Idul Fitri. Acara itu memiliki makna tersendiri bagi mereka. 

Salah satunya, Bu Hartono yang merupakan warga Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta. Setiap kali ada agenda itu, Bu Hartono tidak pernah ketinggalan.

Baca Juga

"Kan satu tahun ada tiga kali grebeg, semuanya saya datang, ya berharap dapat berkah saja buat kesehatan dan keselamatan saya dan keluarga," kata Bu Hartono, Rabu (5/6) lalu.

Dia tampak berhasil mendapatkan segenggam sayuran kacang panjang dan cabe keriting. Rencananya, hasil bumi berupa sayuran itu akan dibuat menjadi masakan istimewat yang disantap keluarganya.

Pada kesempatan itu, tampak pula wisatawan asing. Anne, wisatawan yang datang dari negeri tetangga Australia itu, tampak begitu senang melihat antusias masyarakat.

Anne mengaku takjub. Baginya, perebutan gunungan itu layaknya atraksi atau pertunjukkan yang sangat mengasikkan dan terlihat sangat menyenangkan.

"Apa yang mereka lakukan baru pertama kali saya lihat, saya sangat terkesan, kalau ini pemberian dari raja pasti maknanya sangat besar," ujar Anne yang berlibur sepekan di Yogyakarta.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Keraton Yogyakarta mengirim satu gunungan yang diperebutkan masyarakat. Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Gatot Saptadi, bertugas menerima gunungan itu.

Prosesi serah terima sendiri dilakukan di Bangsal Wiyoto Projo, Komplek Keplatihan. Gunungan diantar langsung para abdi dalem yang dikawal prajurit-prajurit Kraton dan dua gajah.

photo
Grebeg Syawal. Gunungan Grebeg Syawal diarak menuju Halaman Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Rabu (5/6/2019).

Saat menerima, Gatot mengungkapkan syukur atas anugerah kesehatan dan keselamatan yang telah diberikan Allah SWT kepada masyarakat Yogyakarta sehingga Grebeg Syawal dapat kembali dilaksanakan.

"Semoga semuanya diberikan keselamatan, dijauhkan dari segala godaan dan didekatkan dengan keselamatan tanpa halangan suatu apapun," kata Gatot.

Gatot turut mengucapkan terima kasih kepada Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang telah mengirim hasil bumi itu. Serta, kepada para pengantar gunungan tersebut.

Tradisi Grebeg Syawal merupakan prosesi adat sebagai simbol Hajad Dalem (sedekah) dan kedermawanan Sultan kepada rakyatnya. Grebeg diketahui berasal dari kata gumrebeg.

Gumrebeg sendiri memiliki filosofi sifat riuh, ribut, dan ramai. Gunungan di sini merupakan representasi dari hasil bumi serta jajanan masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement