REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Setiap hari banyak peziarah yang mendatangi makam Syekh Syarif Hidayatullah bergelar Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Bahkan pada hari libur lebaran pun ada saja peziarah yang menyempatkan waktu untuk berziarah di makam wali.
Sebelum memasuki area makam Sunan Gunung Jati, pengunjung akan menemui banyak pedagang di kanan dan kiri jalan. Mereka menjual bunga, kemenyan, hio, dupa, madat, minyak wangi, tasbih, miniatur kujang dan keris. Tapi kebanyakan peziarah hanya membeli bunga seharga Rp 5.000 sampai Rp 10 ribu dari para pedagang itu.
Manto (52 tahun), salah seorang pedagang bunga menuturkan, di bulan-bulan tertentu area makam sudah seperti pasar, orang berdesak-desakan silih berganti berziarah di makam wali. Bahkan ada rombongan peziarah sebanyak 150 bus. Rombongan tersebut datang pada waktu pagi, siang, sore, dan malam secara bergiliran.
"Wah pokoknya sudah seperti pasar di sini itu, ramai orang-orang, kalau lagi ramai enggak bakal bisa ngobrol seperti ini kita, sehari semalam hasil berjualan bisa dapat Rp 500 ribu," kata Manto saat ditemui Republika.co.id, Jumat (7/6).
Bahkan kalau peziarah sedang ramai, Manto dan pedagang lainnya bisa mendapat keuntungan sebesar Rp 1 juta sampai Rp 2 juta. Menurutnya bisa juga mendapat keuntungan Rp 4 juta sampai Rp 5 juta kalau ada orang yang memborong barang-barang dagangan.
Peziarah di makam Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Rabu (5/6).
Dia menceritakan, kalau para peziarah paling belanja Rp 5.000 sampai Ro 40 ribu saja. Tapi kalau embah (paranormal) yang belanja, bisa sampai Rp 2 juta atau Rp 4 juta. Biasanya paranormal memborong barang dagangan untuk pasien mereka.
Manto menuturkan, para peziarah setiap hari ramai, paling ramai Jumat tapi Jumat Keliwon lebih ramai lagi. Mereka berasal dari Sumatra, Jakarta, Jawa Tengah terutama Jawa Barat. Adanya makam wali di sini memang membawa berkah bagi para pedagang.
"Nanti sepekan setelah Idul Fitri akan banyak peziarah ke makam wali ini, akan banyak keluarga keraton yang berziarah juga, masyarakat umum yang ziarah juga banyak," ujarnya.
Ternyata tidak hanya Manto yang kecipratan rezeki dari keberadaan makam wali, Bustomi penjual kerupuk khas Cirebon di Jalan Alun-alun Astana Gunung Jati juga kecipratan rezeki. Sebelum memasuki area makam Syekh Syarif Hidayatullah, pengunjung akan melewati Jalan Sunan Gunung Jati, di sana berjejer penjual kerupuk khas Cirebon.
Bustomi yang sudah berjualan kerupuk selama enam tahun mengatakan, sudah sejak lama banyak penjual kerupuk di Jalan Sunan Gunung Jati. Semua kerupuk yang dijual para pedagang adalah buatan masyarakat Cirebon. "Para pedagang di sini rata-rata menjual kerupuk melarat, intip yang terbuat dari kerak nasi ini khas Cirebon, kemudian ada kerupuk kulit sapi, kulit kerbau, dan kulit ikan pari, emping," kata Bustomi.
Bustomi mengungkapkan bahwa para pedagang kerupuk di Jalan Sunan Gunung Jati kebanjiran rezeki dari para peziarah makam Syekh Syarif Hidayatullah. "Biasanya kalau sedang ramai yang ziarah, juga ramai orang yang belanja kerupuk, keuntungan bersihnya bisa sampai Rp 6 juta tapi kalau sedang tidak begitu ramai keuntungannya bisa Rp 3 juta," ujarnya.