REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Meskipun bukan merupakan peta pertama mengenai Dunia Baru Amerika, peta buatan Piri Reis banyak menjadi objek penelitian karena peta asli buatan Kolumbus tak diketahui rimbanya. Selain Paul Kahle, berbagai ilmuwan lain membahasnya dalam artikel dan buku berbahasa Turki, Jerman, Prancis, dan Inggris yang menjelaskan legenda peta itu.
Sejarawan Amerika Elizabeth P McCallum menyusun buku The Oldest Map of America, Drawn by Piri Reis. Lalu, pada 1954, arkeolog Arlington Mallery yang berkorespondensi dengan editor Geographical Review menyatakan bahwa peta buatan Piri Reis tahun 1513 sebenarnya juga memuat bagian dari Benua Antartika (Kutub Selatan) yang dikenal dengan nama Queen Maud Land. Pendapat ini didukung oleh sejarawan Charles Hapgood dalam bukunya, Maps of the Ancient Sea Kings.
Pada 3 Agustus 1960, Hapgood yang menjadi guru besar sejarah di Keane Teacher’s College, Ithaca, New York, menulis surat kepada Presiden Amerika Dwight D Eisenhower. Isi surat itu menegaskan bahwa peta Piri Reis merupakan peta Amerika paling tua yang masih selamat yang berdasarkan dari peta Kolumbus yang hilang pada 1499. Dia meminta Pemerintah Amerika melakukan pencarian peta Kolumbus pada arsip kuno di Spanyol.
Kepada Presiden Eisenhower, Hapgood juga menginformasikan mengenai peta Piri Reis yang memuat kontur Queen Maud Land yang saat ini tertutupi oleh lapisan es yang sangat tebal. Temuan ini tentu saja menimbulkan spekulasi apakah pada waktu itu sebagian es Antartika memang sedang me leleh sehingga daratan pulaunya terkuak.
Dalam Kongres Internasional Ilmu Sejarah ke-10 di Ithaca, New York, pada 1962, Hopgood membacakan makalah berjudul “Piri Reis Map of 1513” yang menunjukkan akurasi peta itu terhadap posisi garis lintang dan bujur. Hopgood juga menyatakan bahwa peta Piri Reis telah menunjukkan tempat-tempat yang tak dikenal sebelum 1513.