REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA xx Bila di Indonesia ada kebiasaan halal bi halal dan mudik saat Lebaran, umat Islam di negara lain pun punya kebiasaan tersendiri dalam merayakan Idul Fitri. Di sejumlah negara Islam, Idul Fitri umumnya dirayakan selama tiga hari dan diisi dengan kegiatan-kegiatan ter tentu.
Umat Islam Tunisia, misalnya, merayakan Idul Fitri selama tiga hari dengan persiapan selama beberapa hari sebelumnya. Masyarakat Tu nisia membuat biskuit spesial untuk diberikan kepada keluarga dan te manteman mereka, termasuk bak lawa dan beberapa jenis kaak, yaitu makanan asli Pakistan yang berbentuk roti keras.
Selain itu, lelaki Muslim Tunisia akan berangkat ke masjid lebih dulu, sedangkan para perempuan boleh ikut bersama mereka atau tinggal di rumah. Para wanita menata rumah un tuk perayaan Idul Fitri dan juga menyiapkan pakaian serta mainan baru untuk anak-anak mereka. Setelah itu, mereka mempersiapkan makan siang di rumah keluarga besar. Bia sanya, makan siang dilaksanakan di rumah orang yang dituakan.
Membagi-bagikan kado adalah bagian dari tradisi di Tunisia. Berbagai hidangan disajikan. Setiap keluarga pun saling mengunjungi sanak famili. Biasanya, anak-anak menemani ayah mereka untuk berkunjung ke paman, bibi, kakek, dan nenek, serta temanteman mereka untuk mengucapkan se lamat hari raya. Lalu, mereka akan ditawari minuman dan kue-kue. Para wanita dan beberapa anak tinggal di rumah untuk menyambut para keluarga yang datang berkunjung ke rumah dan mengucapkan selamat Idul Fitri.
Di Kota Cape Town, Afrika Selatan, umat Islam biasanya berkumpul di Green Point pada malam hari di akhir Ramadhan untuk mengamati bulan. Mereka berasal dari tokohtokoh Islam di wilayah itu. Setelah mengamati bulan, mereka akan mengumumkan tibanya 1 Syawal.
Setelah shalat Id, Muslim saling mengunjungi sanak saudara dan tetangga. Anak-anak memperoleh hadiah dan uang dari yang lebih tua, baik orang tua, tetangga, maupun famili yang lain. Kebanyakan orang me makai pakaian baru dengan warna- warna cerah. Biskuit, kue, samosa, kacang, dan kue tart disuguhkan untuk tamu di rumah. Makan siang pun dilaksanakan bersama sekelompok besar keluarga di satu tempat.
Lain halnya dengan Nigeria. Meski tergolong negara sekuler, perayaan Idul Fitri di negara ini juga amat meriah. Di negara itu, pemeluk Kristen pun ikut berpartisipasi merayakan Idul Fitri. Hari raya ini dikenal sebagai Sallah kecil atau Lebaran ke cil. Setiap orang saling menyapa dan mengucapkan selamat Idul Fitri, “Barka da Sallah”.
Muslim melaksanakan shalat Id di lapangan yang ditetapkan. Se belum pulang ke rumah, mereka makan bersama keluarga yang telah disiapkan oleh para ibu. Hari libur ini dilaksanakan selama dua hari di Nigeria. Apabila Idul Fitri jatuh pada akhir pekan atau berlanjut dengan akhir pekan, orangorang Nigeria akan memanfaatkan hari libur tersebut dengan pulang ke daerah ma sing-masing untuk mengunjungi sanak saudara.
Serbasibuk di Qatar
Momen Idul Fitri juga menjadi hal yang penting bagi masyarakat Qatar karena pada hari ini seluruh keluarga berkumpul dan merayakan Idul Fitri bersama-sama. Persiapan Idul Fitri dilakukan sekitar seminggu hingga 10 hari sebelum Ramadhan berakhir. Akhir Ramadhan adalah hari-hari sibuk bagi perempuan Qatar karena merekalah yang melakukan hampir seluruh persiapan.
Misalnya, para penjahit kelebihan pesanan karena banyaknya perempuan yang menjahitkan pakaian untuk Idul Fitri. Sepuluh hari menjelang Idul Fitri di ibu kota Qatar, Doha, lalu lintas pun menjadi mimpi buruk bagi orang-orang di sana. Bak banjir melanda, orang-orang da tang ke toko baju, penjahit, dan pasar untuk membeli keperluan Idul Fitri mereka. Akhir Ramadhan polisi disiagakan di tempat-tempat tertentu untuk mengatur lalu lintas.
Sementara itu, di negara berbudaya Islam Suni, seperti Afghanistan, Idul Fitri memegang peranan yang sangat penting. Masyarakat Af ghanistan mulai mempersiapkan Idul Fitri 10 hari sebelumnya dengan membersihkan rumah mereka. Hal ini dikenal dengan Khana Takani. Me reka pergi ke bazar dan membeli baju baru, permen, dan kue yang dihidangkan untuk para tamu.
Pada hari Idul Fitri, mereka melaksanakan shalat berjamaah dan pulang ke rumah untuk makan ber sama keluarga besar. Tak lupa, mereka pun saling mengunjungi rumah saudara dan tetangga sambil mengucapkan “Eid Mubarak”.
Malam sebelum Idul Fitri di Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka, dan Nepal disebut Chaand Raat yang artinya ‘malam sebelum bulan’. Kebanyakan masyarakat di Asia Selatan merayakan Idul Fitri selama tiga hari. Muslim di negara-negara ini mengunjungi pasar dan toko untuk membeli keperluan Lebaran. Anak-anak gadis akan memakai henna di tangan dan kaki mereka ser ta memakai gelang berwarnawar ni. Mereka juga mengucapkan “Eid Mubarak” dan diikuti dengan pemberian hadiah dan baju.
Setelah melaksanakan shalat Idul Fitri, biasanya masyarakat ber kunjung ke pemakaman untuk men doakan keluarga yang telah meninggal. Di India, masjid-masjid terkenal penuh oleh Muslim yang ingin melaksanakan shalat Idul Fitri. Dan, di Bangladesh, Sholakia menjadi pusat shalat Idul Fitri. Sekitar 300 ribu Muslim melaksanakan shalat Idul Fitri di sana setiap tahunnya.
Sedangkan, bagi kebanyakan Muslim di negara Barat, shalat Idul Fitri dilakukan di pusat kebudayaan Islam di kota besar. Muslim dari budaya dan negara yang berbeda datang untuk merayakan Idul Fitri bersama-sama. Di beberapa kota, shalat dilakukan beberapa kali untuk mengakomodasi jamaah yang ada. Secara umum mereka mengunjungi setiap rumah Muslim atau komunitas.
Di wilayah yang mayoritas berpenduduk Muslim, sekolah dan bisnis lokal sering memberikan keringanan bagi Muslim untuk merayakan hari ini dengan mem berikan mereka libur. Setelah shalat, biasanya umat Is lam mengunjungi pemakaman lalu pulang ke rumah. Mereka akan memberikan selamat pada keluarga dan mengunjungi ke luarga terdekat dan tetangga Muslim. n