REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sekelompok monyet mati atas dugaan sengatan panas di India. Suhu yang sangat panas telah berlangsung lebih dari sepekan terakhir telah berdampak pada manusia dan hewan di India.
Di negara bagian Rajastan, musim panas telah meningkatkan suhu hingga mencapai lebih dari 50 derajat Celcius. Adapun, monyet-monyet dilaporkan mati di hutan Joshi Baba di negara bagian Madhya Pradesh di mana termometer mencapai 46 Celcius.
Petugas hutan Joshi, N Mishra mengatakan, primata itu diyakini tewas setelah bersaing dengan rombongan mereka saat mengakses sumber air. Menurutnya, kejadian ini aneh dan baru pertama kali terjadi.
"Kami sedang menyelidiki semua kemungkinan, termasuk kemungkinan konflik di antara kelompok-kelompok monyet untuk mendapatkan air yang menyebabkan kematian 15 monyet dari kelompok monyet berkekuatan 30 sampai 35 yang tinggal di gua-gua," ucapnya, dikutip dari Channel News Asia, Ahad (9/6).
Mishra melanjutkan, kelompok-kelompok monyet tertentu yang jumlahnya besar dan mendominasi bagian tertentu itu mungkin telah mengusir kelompok monyet yang lebih kecil dari air. Dari hasil otopsi, sengatan panas kemungkinan menyebabkan kematian.
Harimau juga dilaporkan pindah dari cadangan hutan ke desa-desa untuk mencari air. Kemudian, temperatur menyentuh 50,3 derajat Celcius di kota Rajasthan, Churu pekan lalu, sedikit di bawah rekor India yang mencapai 51 derajat.
Sementara itu, gelombang panas telah mengekspos tingkat air yang jatuh di bawah tanah dan ada sejumlah kematian manusia yang dilaporkan. Di negara bagian Jharkhand, seorang pria menikam enam orang lainnya setelah dia berhenti mengisi barel air tambahan di tangki publik.
Pada hari Jumat (7/6) seorang pria berusia 33 tahun tewas setelah melalui perjuangan melawan panas di negara bagian Tamil Nadu. India telah melihat perubahan drastis dalam pola curah hujan selama dekade terakhir, ditandai dengan seringnya kekeringan, banjir, dan badai mendadak.
Di negara bagian Uttar Pradesh, 26 orang tewas setelah badai debu, hujan dan kilat menghantam dataran utara Kamis, kata para pejabat. Petani di seluruh Asia Selatan bergantung pada musim hujan empat bulan karena kurangnya sumber irigasi alternatif.