Ahad 09 Jun 2019 10:15 WIB

TKN: Silaturahim AHY Jangan Dimaknai Gabung Koalisi

TKN KIK belum membicarakan kemungkinan partai lain bergabung dalam koalisi.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ratna Puspita
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kedua kiri) dan Kaesang Pangarep (kiri) saat menerima putra Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono (kanan) dan istri Annisa Pohan (kedua kanan) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (5/6/19).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kedua kiri) dan Kaesang Pangarep (kiri) saat menerima putra Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono (kanan) dan istri Annisa Pohan (kedua kanan) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (5/6/19).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin, Arsul Sani, menilai silaturahim yang dilakukan kedua anak Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) beberapa hari terakhir jangan lantas dimaknai sebagai langkah koalisi. Ia mengatakan silaturahim itu bukan berarti Partai Demokrat pasti akan masuk ke dalam koalisi pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.

Menurutnya soal bergabungnya Partai Demokrat (PD) ke dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK) memerlukan pembicaraan yang lebih mendalam. "Di KIK belum dibicarakan soal kemungkinan bergabungnya PD, PAN, atau bahkan Gerindra. Jadi terlalu pagi menspekulasikan soal bertambahnya partai baru di KIK," kata Arsul kepada Republika.co.id, Ahad (9/5).

Baca Juga

Arsul mengatakan salah satu syarat utama yang paling ditekankan kepada partai yang ingin bergabung ke dalam KIK adalah komitmen  untuk mendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf pada lima tahun ke depan. Ia juga akan mengusulkan agar partai-partai yang ada dalam koalisi pemerintahan itu memiliki kode etik komunikasi publik.

"Mana yang bebas disuarakan di publik ketika berbeda dengan pemerintah, mana yang harus diselesaikan di dalam secara internal ketika berbeda," ujarnya.

Di sisi lain, Arsul menilai hal yang wajar adanya pendapat pengamat bahwa langkah yang dilakukan Partai Demokrat saat ini adalah untuk mempersiapkan AHY di Pilpres 2024 mendatang. "Karena itu, perlu dibuat kode etik sebagai aturan mainnya," katanya.

AHY dan Ibas beserta para istrinya menyempatkan diri bersilturahmi ke Istana Negara, Jakarta usai berziarah ke makam ibundanya Ani Yudhoyono pada hari pertama lebaran Rabu (5/6) lalu. Setelah itu, giliran kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Teuku Umar yang disambangi putra SBY itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement