REPUBLIKA.CO.ID, SAN CRISTOBAL -- Seorang pria tewas pada Sabtu (8/6) malam di sebuah pom bensin, di negara bagian Merida, kota Tabay, Venezuela. Walikota Tabay, Jose Otalora mengatakan, pria yang tewas tersebut terlibat perkelahian ketika mengantre di pom bensin, di kota Tabay.
"Di tengah-tengah kondisi yang membingungkan, terdengar sebuah letusan senjata abi yang menyebabkan satu orang tewas dan lainnya luka-luka," ujar Otalora, Senin (10/6).
Otalora mengatakan, korban diidentifikasi bernama Wilderman Paredes. Dia terkena luka tembak dan sempat menjalani perawatan, namun nyawanya tak tertolong. Otalora tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai siapa yang harus bertanggung jawab atas kematian Paredes.
Diketahui, ketika terlibat perkelahian, Paredes dalam keadaan mabuk. Hingga berita ini diturunkan, Kementerian Informasi Venezuela tidak memberikan komentar.
Warga Venezuela menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengantri di stasiun pengisian bahan bakar atau pom bensin. Hal ini merupakan dampak dari anjloknya produksi kilang minyak, dan berhentinya impor akibat kekacauan politik di negara tersebut.
Perekonomian Venezuela mulai runtuh sejak harga minyak anjlok pada 2014. Hal ini menyebabkan negara tersebut tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan pasar interalnya sendiri.
Kekurangan pasokan bahan bakar semakin memburuk pada bulan lalu. Sejumlah pasukan militer mulai mengawasi penjatahan bahan bakar di stasiun pengisian bahan bakar, di beberapa negara bagian.
Warga Venezuela tidak hanya mengalami kekurangan bakan bakar, namun juga pemadaman listrik dan layanan komunikasi. Hal ini menyebabkan wilayah pedesaan di Venezuela terisolasi, dan mencoba bertahan hidup dengan cara barter.
Presiden Nicolas Maduro mengatakan, semua permasalahan yang terjadi di Venezuela merupakan akibat dari sanksi Amerika Serikat (AS). Menurutnya, AS telah menghalangi pemasukan ekspor minyak dan mencegah pemerintah Venezuela meminjam dana di luar negeri.