REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Puluhan warga yang bertempat tinggal di jalur alternatif Kabupaten Kolaka menuju Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, mengawal laju kendaraan yang melintas di jalan yang terendam banjir di Kabupaten Konawe. Puluhan warga itu berdiri di pinggir jalan baik di sebelah kanan maupun kiri untuk mengawal kendaraan baik roda empat maupun dua yang melintas di jalan yang terendam air.
Mereka dengan sukarela mengarahkan laju kendaraan agar berjalan di tengah karena di pinggir baik kanan maupun kiri jalan merupakan sungai yang meluap dan menutup badan jalan. Warga terutama kaum muda baik laki-laki maupun perempuan rela berbasah-basah untuk mengarahkan kendaraan agar jangan terperosok mengingat ketinggian air yang menggenangi jalan 50 hingga 75 sentimeter dan jalan tidak terlihat karena airnya keruh.
Jalur alternatif yang tembus di jalur Poros Haluoleo merupakan satu-satunya jalur alternatif yang menghubungkan Kabupaten Kolaka-Kota Kendari atau sebaliknya setelah jalur utama terputus akibat jalan yang ada di depan jembatan Amumere Kabupaten Konawe tergerus air sungai.
Hujan lebat yang terjadi selama beberapa hari di Kabupaten Konawe, menyebabkan daerah itu banjir dan merendam 69 desa di daerah itu.
Kepala Seksi logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Konawe, Rodi, mengatakan, 69 desa tersebut tersebar pada 17 kecamatan yang ada di Konawe.
"Ke-69 desa, tersebar di 17 kecamatan, diantaranya Kecamatan Abuki, Anggaberi, Tongauna, Pondidaha, Amonggedo, Tongauna Utara, Konawe, Wonggeduku, Wonggeduku Barat, Sampara, Bondoala, Morosi, Unaaha," katanya.
Dikatakan dia, akibat terparahdari banjir tersebut yakni terputusnya Jembatan Ameroro, sehingga memutuskan akses dari ibukota Konawe, Unaaha, menuju arah Kabupaten Kolaka.
"Bahkan, di Desa Ameroro terdapat dua unit rumah yang hanyut terseret arus banjir," katanya.
Saat ini kata Rodi, pihaknya bersama instansi terkait seperti Basarnas masih melakukan proses evakuasi terhadap warga mencari tempat pengungsian yang aman dari banjir.
"Kami belum bisa mengetahui pasti berapa rumah yang terdampak atau terendam akibat banjir yang merendam puluhan desa tersebut, karena masih fokus melakukan evakuasi terhadap warga yang tidak memungkinkan untuk bertahan di rumahnya," katanya.
Namun, Rodi menyebut jumlah kepala keluarga yang terdampak dari bencana banjir itu mencapai angka 2.000 orang, sedangkan jumlah warga yang sudah mengungsi saat ini mencapai 1.000 orang.
"Kami sudah mendirikan tenda-tenda darurat untuk pengungsi, tetapi titik nya terbatas kami tidak bisa menjangkau beberapa tempat karena peralatan kami terbatas," katanya.
Selain itu katanya, pihaknya sudah melakukan penyaluran bantuan logistik kepada korban yang terdampak banjir, terutama yang ada di tenda pengungsian seperti makanan dan pakaian.
Sementara itu dari Kabupaten Konawe Selatan dilaporkan, tim rescue Basarnas Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), melakukan evakuasi terhadap warga yang menjadi korban banjir di Desa Laikandonga, Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe Selatan.
Kepala Basarnas Kendari, Junaedi, mengatakan pada pukul 13.30 wita, pihaknya menerima laporan dari Kapolsek Ranomeeto bahwa pada pukul 12.30 wita telah terjadi bencana banjir di Desa Laikandonga, Kecamatan Ranomeeto Barat.
"Dalam laporan itu, ketinggian air mencapai 1,2 meter sehingga merendam rumah warga," katanya.