REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Perayaan hari raya Idul Fitri di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), belum usai. Masyarakat Sasak di Pulau Seribu Masjid ini memiliki sebuah tradisi bernama "Lebaran topat" (ketupat).
Tradisi turun temurun ini dilaksanakan masyarakat Lombok sepekan setelah hari Lebaran atau setelah menunaikan puasa sunah Syawal selama 6 hari berturut-turut. Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Ispan Junaidi mengatakan tradisi Lebaran topat akan dilakukan pada hari ketujuh bulan Syawal atau Rabu (12/6).
"Lebaran topat juga dikenal sebagai lebaran nine (perempuan)," kata Ispan.
Pada Lebaran topat, menurut Ispan, masyarakat Lombok Barat akan mengunjungi tempat-tempat yang dianggap mempunyai nilai-nilai sakral, terutama makam. Mereka mendoakan dan menghormati leluhur yang berdakwah membawa Islam di Pulau Lombok.
"Di makam itu biasanya perayaan lebaran topat digandeng dengan prosesi ngurisang (potong rambut bayi), bahkan syukuran sunatan untuk anak-anak mereka," ujar Ispan di Lombok Barat, NTB, Senin (10/6).
Dalam perkembangannya, menurut Ispan, prosesi budaya tersebut sudah bergeser dan tidak hanya sekadar prosesi ritual kebudayaan, namun menjadi kegiatan pelesiran keluarga pasca puasa pada Ramadhan dan puasa Syawal.
"Di Lombok Barat, tradisi Lebaran topat sudah dijadikan kalendar pariwisata," ucap Ispan.
Warga berebut ketupat agung saat mengikuti Lebaran Topat atau Hari Raya Ketupat di kawasan Pantai Batu Bolong, Kec. Batu Layar, Lombok Barat, NTB. Rabu (13/7/2018). (Republika/Yasin Habibi)
Ispan menyampaikan, tradisi Lebaran topat di Lombok Barat digelar di sejumlah tempat, mulai dari Pantai Elak-Elak Sekotong, Taman Narmada, Sesaot, Pantai Cemare, dan Pantai Duduk Batulayar, Senggigi. Ispan menjelaskan perayaan Lebaran topat harus dimulai dengan melaksanakan prosesi adat seperti berziarah kubur, mengambil air, dan berdoa.
Setelah prosesi adat selesai, warga berkumpul di suatu tempat, lengkap dengan ribuan ketupat kecil yang dirangkai menjadi satu dan berbentuk ketupat raksasa. Ketupat Agung itu diarak mengelilingi lokasi acara untuk diserahkan ke bupati sebagai prosesi simbolik acara ruwatan.
"Bupati didaulat mengambil ketupat pertama bersama para tokoh agama, adat, dan tokoh masyarakat untuk kemudian menjadi suguhan utama pada dulang pesaji (makanan persembahan) yang dimakan semua yang hadir secara bersama-sama," jelas Ispan.