REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Pemerintah Kanada akan melarang penggunaan plastik sekali pakai, semisal sedotan, kantong plastik, atau peralatan makan. Rencana itu akan diterapkan pada awal 2021. Tujuannya untuk mengurangi volume limbah plastik di lautan.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan, tercemarnya laut akibat limbah plastik telah menjadi tantangan global. Biota laut merupakan korban utama dari hal tersebut.
“Sejujurnya, sebagai seorang ayah, sulit untuk menjelaska hal ini kepada anak-anak saya. Bagaimana Anda menjelaskan paus mati berenang di pantai di seluruh dunia, perut mereka penuh dengan kantong plastik?” kata Trudeau pada Senin (10/6).
“Sebagai orang tua, kita berada di suatu titik ketika kita membawa anak-anak kita ke pantai dan kita harus mencari sepetak pasir yang tidak dipenuhi dengan sedotan, stirofoam atau botol. Itu masalah, yang kita harus pecahkan,” ujar Trudeau.
Rencana Kanada melarang penggunaan plastik sekali pakai menuai beragam respons dari warganya. Pemilik restoran Soup Guy Plus yang berada di Ottawa, Claudio Fracassi, mengatakan kebijakan tersebut tentu akan berdampak besar terhadap bisnis kuliner.
“Para pemilik restoran akan mendapat pukulan, tapi beberapa biaya tambahan akan dibebankan kepada konsumen juga,” ujar Fracassi.
Namun, dia mengaku tak begitu keberatan dengan langkah yang hendak diambil Pemerintah Kanada tersebut. “Saya ingin menyematkan lingkungan. Saya mendaur ulang. Tapi saya ingin lebih banyak pilihan (dari produk non-plastik) dan penekanan harus diberikan kepada produsen,” ucapnya.
Sekitar tiga juta ton sampah plastik dibuang setiap tahun di Kanada. Saat ini kurang dari 10 persen plastik yang digunakan di negara tersebut akan didaur ulang.