REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Saudara seayah pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un, Kim Jong-nam disebut sebut pernah menjadi seorang informan untuk Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (AS). Laporan tersebut dituliskan dalam Wallstreet Journal pada Senin (10/6).
Menurut laporan tersebut, seseorang yang tidak disebutkan namanya menjelaskan banyak detail mengenai hubungan Kim Jong-nam dengan Badan Intelijen Pusat AS atau dikenal sebagai CIA. Kim Jong-nam selama bertahun-tahun telah menetap di luar Korut dan tak diketahui secara pasti pekerjaan yang ia miliki.
Namun, laporan itu menyebutkan bahwa beberapa mantan pejabat AS mengatakan Kim Jong-nam mungkin terkait dengan lembaga layanan keamanan negara-negara di luar Korut. Secara khusus adalah Cina, di mana ia menetap setelah keluar dari Korut.
Kim Jong-nam telah mengalami kematian secara tragis pada 13 Februari 2017. Saat itu, ia yang tengah berada di terminal keberangkatan Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), Malaysia diduga mendapat serangan dengan menggunakan racun saraf VX.
Pria berusia 47 tahun itu tewas sesaat setelah dua perempuan yang dikonfirmasi sebagai Siti Aisyah dari Indonesia dan Doan Thi Huong dari Vietnam menghampiri dirinya yang tengah menunggu penerbangan ke Macau, Cina. Dari rekaman CCTV bandara, keduanya terlihat mengusap sesuatu ke arah wajah korban yang kemudian diketahui mengandung zat berbahaya atau racun yang diklasifikasi sebagai salah satu senjata pemusnah massal oleh PBB itu.
Namun, Aisyah dibebaskan setelah Jaksa Agung Malaysia mengeluarkan perintah untuk menghentikan tuntutan kepadanya pada awal Maret lalu. Sementara, Huong dibebaskan pada Mei.
Menurut laporan, Kim Jong-nam memliki tujuan untuk bertemu dengan rekan CIA saat melakukan perjalanan ke Malaysia dan pada akhirnya harus menemui ajalnya tersebut. Tetapi, tidak menutup kemungkinan adanya tujuan lain yang ia miliki saat melakukan perjalanan itu.