Selasa 11 Jun 2019 08:08 WIB

Harga Minyak Jatuh di Tengah Sengketa Perdagangan AS-Cina

Karena kekhawatiran taris AS di Cina meningkat, akan lebih banyak penyesuaian harga.

Ilustrasi kilang minyak
Foto: AP Photo/J David Ake
Ilustrasi kilang minyak

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak turun lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Senin (10/6). Penurunan ini disebabkan oleh ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan Cina yang terus mengancam permintaan minyak mentah. Sementara itu, produsen-produsen utama Arab Saudi dan Rusia belum sepakat untuk memperpanjang kesepakatan pemotongan produksi.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, turun 0,73 dolar AS atau 1,4 persen menjadi menetap pada 53,26 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, jatuh 1,00 dolar AS atau 1,6 persen menjadi ditutup pada 62,29 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca Juga

Presiden AS Donald Trump mengatakan dia siap untuk memberlakukan putaran lain dari tarif hukuman pada impor Cina jika dia tidak mencapai kesepakatan perdagangan dengan presiden Cina pada KTT Kelompok 20 (G20) akhir bulan ini. Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan bahwa negara itu terbuka untuk pembicaraan perdagangan lebih lanjut dengan Washington, tetapi tidak ada yang mengumumkan tentang kemungkinan pertemuan.

Data bea cukai menunjukkan, impor minyak mentah Cina merosot ke sekitar 40,23 juta ton pada Mei, dari tertinggi sepanjang masa 43,73 juta ton pada April. Ini terjadi karena penurunan impor Iran yang disebabkan oleh sanksi-sanksi AS dan pemeliharaan kilang.

"Karena kekhawatiran kenaikan tarif AS di Cina meningkat, kami melihat lebih banyak penyesuaian ke bawah untuk permintaan minyak dunia sepanjang tahun ini dan selanjutnya memberikan pembatas pada kenaikan harga sesekali," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.

Barclays bank mengatakan para ekonomnya telah merevisi turun prospek pertumbuhan PDB mereka untuk Amerika Serikat, Cina, India dan Brasil. Negara-negara ini mencakup lebih dari tiga perempat dari asumsi pertumbuhan permintaan minyak mereka untuk tahun ini.

"Revisi menyiratkan pengurangan 300.000 barel per hari dalam prospek permintaan minyak global kami saat ini sebesar 1,3 juta barel per hari secara tahun-ke-tahun untuk tahun ini," kata bank Inggris.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa nonanggota, termasuk Rusia, telah menahan pasokan sejak awal tahun ini untuk menopang harga. Kesepakatan ini akan berakhir pada bulan ini.

Namun, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan masih ada risiko produsen minyak memompa terlalu banyak minyak mentah dan harga turun tajam. Novak mengatakan dia tidak bisa mengesampingkan penurunan harga minyak menjadi 30 dolar AS per barel jika kesepakatan global tidak diperpanjang.

Banyak negara pengekspor minyak telah mengkonfirmasi bahwa mereka siap untuk mengadakan pertemuan kebijakan dengan OPEC di Wina pada 2-4 Juli, alih-alih tanggal yang dijadwalkan akhir bulan ini, kata Novak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement