REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinasti Umayyah atau disebut juga Bani Umayyah pernah menggoreskan tinta emas dalam sejarah Islam. Kekhalifahan inilah yang menyebarkan Islam hingga ke penjuru dunia setelah era Khulafaur Rasyidin.
Dinasti ini merupakan kekhalifahan Islam pertama yang memerintah dari 661 sampai 750 masehi di Jazirah Arab dan sekitarnya serta beribu kota di Damaskus, Suriah. Dari 756 sampai 1031 masehi ibu kotanya di Kordoba, Spanyol, sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadang kala disebut juga dengan Muawiyah I.
Hingga kini peninggalan Dinasti Umayyah masih tegak berdiri. Di antaranya, sejumlah masjid agung yang tersebar di beberapa Negara. Arsitektur masjid-masjid tersebut mencerminkan kejayaan dan kemegahan dinasti ini. N
Masjid Cordoba
Masjid Cordoba gagah berdiri di tenggara Madrid, Spanyol, yang letaknya berada di kaki Bukit Siera de Montena. Masjid ini dulunya sebuah katedral bernama Visigoth St Vincent. Pertama kali diubah menjadi Masjid 784 M di bawah kepemimpinan Abd ar-Rahman I. Masjid terus mengalami renovasi saat pemerintahan Abd ar-Rahman II dibangun menara.
Sementara itu, pada masa pemerintahan Al-Hakam II masjid diperbesar dan dibangun mihrab. Renovasi terakhir dilakukan pada masa al-Mansur Ibn Abi Aamir pada 987 dengan membangun penghubung dengan istana.
Masjid Agung Cordoba menjadi pusat keislaman di Andalusia selama tiga abad. Masjid kembali berubah menjadi katedral pada masa penaklukan tentara Kristen pada abad ke-16. Bagian tengah masjid berubah menjadi altar utama dan tempat paduan suara. Arsitekturnya sangat khas peninggalan Islam dengan pilar-pilar dan struktur marmer.
Masjid Umayyah
Masjid Umayyah awalnya adalah Gereja Johannes di Damaskus, Suriah. Interiornya digarap seniman-seniman Yunani dari Konstantinopel. Di antara keindahan masjid ini berupa bangunannya yang penuh dengan ukiran. Contohnya, semua jendela yang berada di masjid ini dapat dibagi menjadi empat. Jumlah jendelanya sebanyak 40 buah dari arah selatan, empat buah pintu, dan empat mihrab. Tiang-tiang yang berfungsi sebagai penyangga bangunan berjumlah delapan. Setiap tiang penyanggah memiliki berat sekitar delapan ton.
Orang yang berkunjung ke masjid ini dapat mengetahui hari di saat ia berkunjung tanpa pengetahuan sebelumnya. Hal ini dapat dilakukan melalui 40 jendela yang ada di dalamnya. Setiap hari pertama awal bulan terdapat cahaya yang masuk melalui jendela pertama sejak matahari terbit hingga pukul 10 pagi, setelah itu cahayanya masuk ke bagian jendela yang lain. Demikian seterusnya. Kita juga dapat mengetahui nama bulan saat kita berada di sana dengan cara melihat kubah masjid yang di dalamnya terdapat 12 jendela. N
Masjid Jami Halab
Masjid Jami ini dibangun oleh Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik Rahimahullah yang masa kekuasaannya hingga 10 Shafar 99 H/ 717 M. Awalnya masjid ini merupakan kebun dari sebuah gereja Romawi kuno yang dibangun oleh Heliana, kaisar pertama kerajaan Romawi.
Kaum Muslimin memperbaikinya ketika Halab terkenal dengan mutu bebatuannya yang merupakan pindahan dari sekumpulan batu-batu di sekitar daerah tersebut. Khalifah Sulaiman menginginkan bebatuan itu untuk membangun masjid di Damaskus seindah mungkin.
Masjid Jaami Halab ini telah mengalami beberapa kali kerusakan dan perubahan seperti halnya masjid yang di Damaskus akibat peperangan, kebakaran, dan penghancuran sejak dari pemerintahan Abbasiyah hingga Nexvor Fock raja Romawi