Selasa 11 Jun 2019 15:23 WIB

Silaturahim ke Buya Syafii, Menhan Bahas Kondisi Bangsa

Silaturahim Menhan Ryamizard ke Buya Syafii Maarif kerap dilakukan.

Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu (kiri) menjawab pertanyaan wartawan seusai bersilaturahmi di kediaman mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii (ketiga kanan), di Nogotirto, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (11/6/2019).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu (kiri) menjawab pertanyaan wartawan seusai bersilaturahmi di kediaman mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii (ketiga kanan), di Nogotirto, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (11/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN— Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bersilaturahim ke kediaman mantan ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafii Maarif di Perumahan Nogotirto II, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (11/6).

Pantauan ANTARA, Ryamizard yang mengenakan busana batik lengan panjang tiba di Kompleks Peruhaman Nogotirto dan masuk ke kediaman Buya Syafii pada pukul 10.04 WIB, dan mengakhiri kunjungannya sekitar pukul 11:44 WIB.

Baca Juga

"Silaturahim dalam rangka setelah Hari Raya Idul Fitri. Silaturahim ini perintah dari Tuhan. Tidak ada masalah apa-apa, saya juga sering ke sini kok," kata mantan kepala staf TNI Angkatan Darat itu saat ditanya wartawan mengenai agenda kunjungannya.

Dia menegaskan pertemuan tersebut sama sekali tidak membicarakan dinamika politik yang berkembang belakangan ini. "Tidak ada, tidak ada politik, (membicarakan) masalah agama, masalah moral," ucap dia.

Menurut Ryamizard, dalam pertemuan itu, Buya Syafii sempat membicarakan mengenai pentingnya penanaman nilai-nilai agama bagi Bangsa Indonesia agar tidak mudah terombang-ambing.

"Umat ini harus diisi agar tidak terombang-ambing. Kita isi (dengan) apa, ya ajaran agama karena kayaknya agama untuk bangsa ini harus ditanamkan terus menerus. Karena dengan agama itulah apanya, semuanya menjadi baik. Negara baik pasti akhlak dan moralnya baik, pasti negaranya baik juga," tutur dia.

Buya Syafii kemudian menyela penuturan Ryamizard soal agama. Menurut Buya, nilai agama yang dimaksud adalah agama yang dipahami secara benar dan tidak disalahgunakan.

Kelompok radikal serta munculnya organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), menurutnya, merupakan buah dari pihak-pihak yang memahami agama secara salah. "Agama disalahgunakan banyak sekali sekarang," ujar Syafii.

Ryamizard melanjutkan dalam konteks saat ini yang dikhawatirkan adalah situasi negara yang semakin memburuk. Meski demikian, dia yakin kekhawatiran itu tidak akan terjadi, apabila seluruh pihak memahami apa yang harus dilakukan.

"Kita Bangsa Indonesia juga, bukan bangsa lain. Semua bangsa kalau bangsa ini berantakan porak poranda, ribut-ribut, mati yang rugi kita juga," ujarnya.

Buya Syafii menilai kunjungan Ryamizard sangat positif. Baginya, Ryamizard merupakan sosok perajurit sejati yang tulus membela negara yang tidak terlena dengan politik.

"Walaupun teman-teman seangkatannya macam-macam, tapi dia tidak. Jadi yang riil prajurit ya orang-orang seperti ini. Pedomannya kan kepentingan negara. Bangsa dan negara yang diutamakan, jadi penting orang-orang seperti ini," kata Syafii.

 

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement