REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mendukung rencana Presiden Joko Widodo yang ingin mengizinkan masuknya maskapai penerbangan asing untuk melayani rute penerbangan domestik. Hal itu, dinilai Arief, bakal meningkatkan iklim kompetisi bisnis industri penerbangan di Tanah Air sehingga harga tiket makin rendah dengan pelayanan yang semakin baik.
Ia mencontohkan terkait kondisi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) yang merupakan perusahaan telekomunikasi pelat merah. Arief mengatakan, Telkom saat ini semakin maju dalam pelayanan dan tarif karena bersaing dengan perusahaan asing seperti Indosat Ooredoo dan XL Axiata.
"Saya 30 tahun di Telkom. Kalau dibiarkan Telkom monopoli, maka pelayanannnya akan buruk. Maka berkompetisilah dan melayani yang terbaik dengan harga terbaik. Apa yang terjadi di Telkom? tidak ada apa-apa," kata Arief di Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat, Selasa (11/6) siang.
Oleh sebab itu, Arief mengatakan, apa yang diwacanakan oleh Presiden Joko Widodo sama sekali tidak masalah bagi industri. Hal itu selama maskapai bisa terus meningkatkan efisiensi biaya produksi dengan peningkatan layanan bagi konsumen.
Ia pun menambahkan, agar menghindari penumpang rute domestik seolah tidak memiliki pilihan ketika ingin menggunakan transportasi udara seperti kondisi saat ini. Sebelumnya, Arief menyatakan, tingginya harga tiket pesawat rute domestik dapat melemahkan sektor pariwisata dari kunjungan wisatawan nusantara. Ia meminta agar maskapai, terutama untuk penerbangan berbiaya murah (low cost carrier/LCC) dapat menurunkan tarifnya sebesar 30 persen.
Arief menilai, selain untuk menjaga kunjungan wisatawan nusantara terhadap destinasi wisata dalam negeri, masuknya maskapai asing ke Indonesia juga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Kunjungan Wisman pada April 2019 anjlok 2,74 persen dibanding Maret 2019 atau sebanyak 1,3 juta kunjungan.
Arief pun menyayangkan penurunan tersebut. Sebab jika kunjungan Wisman tak bisa ditingkatkan maka target 20 juta kunjungan wisman selama 2019 akan sulit tercapai. "Targetnya 20 juta, tapi proyeksi internal kami dan janji saya kepada Presiden itu 18 juta kunjungan. Ini target yang sangat tinggi," ujar dia.
Kemenpar, kata dia, mengharapkan agar pada bulan-bulan selanjutnya hingga akhir tahun ini, kunjungan wisman setiap bulan bisa menembus angka 1,5 juta orang. Industri pariwisata tengah menjadi andalan pemerintah dan merupakan satu-satunya sektor yang menargetkan pertumbuhan dua digit pada tahun ini.
Sepanjang 2018, total kunjungan wisman mencapai 15,8 juta orang. Jumlah tersebut tercatat meningkat dibanding tahun 2017 sebesar 14,03 juta orang. Mayoritas wisman yang berkunjung ke Indonesia yakni berasal dari Malaysia, Cina, Singapura, Timor Leste, dan Australia.