Selasa 11 Jun 2019 19:31 WIB

Siapa Habil Marati yang Diduga Terkait Aksi 22 Mei?

Setelah tidak aktif lagi di PPP, Habil Marati memulai bisnis alutsista.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ratna Puspita
Habil Marati
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Habil Marati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi mengungkapkan nama Habil Marati berperan besar dalam aksi kerusuhan pada 21-22 Mei di Jakarta lalu. Tidak hanya itu, polisi juga mengungkap Habil Marati sebagai pendana dalam rencana aksi pembunuhan empat tokoh di Jakarta.

Siapa sebenarnya Habil Marati? Republika.co.id mengumpulkan berbagai informasi terkait sosok pria kelahiran Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara pada  07 November 1962 ini. Pria 57 tahun ini dikenal sebagai politikus sekaligus pebisnis. Bahkan, Habil sempat menjadi pengurus di Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di Badan Tim Nasional (BTN) saat PSSI dipimpin oleh Djohar Arifin Husin.

Baca Juga

Pria yang sempat menamatkan sarjana di IAIN (sekarang UIN) Sumut pada 1982 juga dikenal sebagai politikus senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kubu Djan Faridz. Riwayat Habil Marati di PPP di antaranya Sekretaris DPW PPP Sumut 1985-1990, Ketua DPW PPP Sumut 1995-2004 dan Ketua DPP PPP dan 2003-2007.

Politikus senior PPP, Syaifullah Tamliha, menyampaikan Habil Marati memang sempat menjadi Wakil Ketua Umum PPP kubu Djan Faridz. Sebelumnya, Habil juga pernah menjadi anggota DPR merangkap Bendahara Umum DPP PPP sebelum kepemimpinan Suryadharma Ali. 

"Terakhir menjelang pemilu 2019, dia mau nyalonkan kembali menjadi caleg DPR RI dari Dapil Sulawesi Tenggara, namun di Daftar Calon Sementara (DCS) namanya tidak muncul di situs KPU," kata Syaifullah Tamliha kepada Republika.co.id, Selasa (11/6).

Habil juga dikenal sebagai pengusaha dan sempat menduduki beberapa posisi penting di beberapa perusahaan. Menurut Syaifullah, setelah tidak aktif lagi di PPP, Habil memulai bisnis alutsista. 

Beberapa perusahaan yang pernah ia pegang diantaranya, Dirut PT Batavindo Kridanusa (1994), Dirut PT Galaxy Pasific Evalindo (1997), Dirut PT Makassar Perrosal Global (1997), Dirut PT Satomer Asri Fiberindo (1997), Dirut PT Industry Kakao Utama (2000) dan Dirut PT Agra Post Lava (2000).

"Beberapa kali yang bersangkutan datang ke saya untuk bisa dipertemukan dengan KASAU, dan lain lain, tetapi saya menjaga etika sebagai anggota Komisi I," ujar Tamliha menambahkan.

Tamliha menegaskan ia tidak mau 'cawe-cawe' ikut bermain dengan mitra Komisi I. Ia pun menyebutkan pascapemilu 2019 ini, Habil tidak pernah menghubungi dirinya. Bahkan, beberapa kali Tamliha ingin berkomunikasi dengan Habil, nomor handphone yang bersangkutan tidak lagi aktif.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement