REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia dan Amerika Serikat (AS) dinilai perlu sama-sama menyatakan bahwa penggunaan senjata nuklir tak dapat diterima. Hal itu diungkap Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada forum Primakov Readings, Selasa (11/6).
"Dari perspektif politik, sangat penting bahwa Rusia dan AS menenangkan seluruh dunia serta mengeluarkan pernyataan bersama pada tingkat tinggi bahwa tidak akan ada kemenangan dalam perang nuklir dan oleh karena itu tidak dapat diterima," ucap Lavrov, dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.
Menurut Lavrov, pernyataan bersama seperti itu pernah terjadi antara AS dan Uni Soviet. "Kami tidak mengerti mengapa mereka tidak dapat mengonfirmasi kembali posisi ini sekarang. Usulan kami sedang dipertimbangkan oleh pihak AS," ujarnya.
Rusia dan AS diketahui telah sama-sama menangguhkan keterikatannya dalam perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Perjanjian yang ditandatangani pada 1987 itu melarang kedua negara memiliki serta memproduksi rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.
Penangguhan keterikatan kedua negara dalam INF telah memicu kekhawatiran, khususnya dari Eropa. Sebab, INF sudah dianggap sebagai fondasi keamanan Benua Biru. Ditangguhkannya INF juga menimbulkan kecemasan tentang potensi munculnya perlombaan senjata baru seperti era Perang Dingin.
Kendati demikian, Rusia mengaku siap jika AS ingin menjalin perjanjian perlucutan senjata baru untuk menggantikan INF. Hal itu juga telah diisyaratkan Trump sebelumnya. Namun, Trump memang menghendaki agar perjanjian itu tidak hanya disepakati oleh AS dan Rusia, tapi juga negara lain, seperti Cina.