Selasa 11 Jun 2019 21:19 WIB

Akankah Demokrat Diterima di Kubu 01? Ini Kata Pengamat

Anang menilai Demokrat sering bersikap gamang dalam menentukan koalisi.

Rep: Ali Mansur/ Red: Teguh Firmansyah
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan istri beserta adiknya yang juga Ketua Fraksi Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono dan istrinya halal bi halal ke Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/6).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan istri beserta adiknya yang juga Ketua Fraksi Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono dan istrinya halal bi halal ke Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pascapencoblosan pemilihan presiden (Pilpres) 2019 Partai Demokrat mulai menjaga jarak dengan kubu pengusung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Padahal dalam pilpres Partai Demokrat berada dalam satu koalisi mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden bernomor urut 02 tersebut.

Baca Juga

Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Brawijaya Malang, Anang Sudjoko menilai, Partai Demokrat sering bersikap gamang dalam menentukan koalisi. Ini karena mereka masih merasa sebagai partai besar tapi terbatas pada modal perolehan kursi di dewan.

"Langkah PD hanya untuk mengamankan posisi partai saja," ujar Anang saat dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (11/6).

Sebab, menurut Anang, jika pada periode ini partai berlambang Bintang Mercy itu posisinya berada di luar pemerintahan, maka hanya akan membuat mereka semakin tidak populer.

Dalam rekapitulasi hasil pemilihan legislatif (Pileg) 2019 Partai Demokrat mengalami penurunan dibanding Pileg 2014 silam. Dalam Pileg 2019, Partai Demokrat meraih 10.876.507 suara atau 7,77 persen. Sementara pada 2014 memperoleh 12.728.913 suara atau 10,19 persen.

"Saya melihat SBY tidak puas hanya di parlemen. Tetapi jangka panjang harus masuk ke eksekutif, bahkan ke capres cawapres. Jika tidak masuk kabinet atau pemerintahan, sangat sulit mesin PD bisa optimal," tutur Anang.

Kendati demikian, sikap frontal Partai Demokrat terhadap kawan koalisinya tersebut juga dibutuhkan oleh kubu koalisi 01 pengusung pasangan Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin. Setidaknya hingga keputusan sengketa hasil Pillres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK) selesai.

Hanya saja, kata Anang, sikap frontal Partai Demokrat justru akan membuat kubu waspada jika ingin bergabung dalam koalisi pemerintahan. "Jika MK memenangkan 01, bisa jd koalisi 01 akan berpikir hati-hati untuk menerima PD," kata Anang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement