REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Hotel Fitra International Tbk resmi menjadi emiten ke-13 yang mencatatkan saham perdananya atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Saat pertama kali dicatatkan, saham Hotel Fitra International melesat 69,61 persen.
Emiten berkode FITT melepaskan 220 juta lembar saham atau setara 36,67 persen dari modal ditempatkan dan menawarkan harga Rp 102 per lembar saham. Dengan nilai itu, perusahaan pengelola hotel di Majalengka Jawa Barat mampu meraup dana Rp 22,4 miliar.
Direktur Utama Hotel Fitra International Joni Rizal mengatakan, sebanyak 49 persen dana perolehan IPO ini akan digunakan untuk mengakuisisi landbank oleh anak usaha PT Bumi Majalengka Permai. Sementara, 30 persen akan digunakan untuk membangun convention hall dan sisanya sebagai modal kerja Bumi Majalengka Permai.
“Pencatatan saham ini merupakan langkah besar, menjadi alternatif investasi bagi investor dan menjadi pendorong perusahaan untuk menjadi GCG,” ujarnya usai IPO Hotel Fitra International di Gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (11/6).
Menurut dia, pembangunan convention hall berkapasitas 500 orang (theatre) dan 1.000 (standing). Adapun target pembangunan dimulai pada Juli 2019.
“Target operasional pada Oktober 2019 dan saat ini tahapan finalisasi desain dan penunjukkan kontraktor,” ucapnya.
Sementara Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia IGD N Yetna Setia menambahkan keputusan IPO ini merupakan langkah tepat bagi perusahaam. “Kami yakin (listing) membuat perusahaan tumbuh, memberikan kontribusi bukan hanya investor tapi juga perekonomian di Majalengka,” ucapnya.
Direktur Operasional Hotel Fitra International Tomi Tris menambahkan perusahaan tengah menjajaki kerja sama dengan sejumlah hotel di Majalengka. Langkah ini guna meningkatkan kinerja perusahaan.
“Kami akan melakukan ekspansi dengan membangun hotel sejenis, mengambil alih atau akuisisi (take over) hotel yang tidak jalan, serta mengelola hotel pada sejumlah hotel di Majalengka,” ucapnya.
Tomi menjelaskan ada lima hotel kelas melati di Majalengka yang memiliki kamar di bawah 50. Ke depan, perusahaan akan membuka peluang menjadi operator hotel-hotel tersebut melalui kerja sama manajemen hotel.
“Kita siapkan administrasi dan pengembangan informasi teknologi. Mereka bangun hotel, kita yang kelola,” ungkapnya.
Selain kerja sama, perusahaan juga berencana membangun hotel sejenis di daerah berkembang. “Kita membidik kabupaten yang berkembang pariwisatanya, jadi bukan ekspansi ke kota besar,” ucapnya.
PT Hotel Fitra International didirikan pada 2014 mulai mengoperasikan Hotel Fitra International pada 2017 dengan 113 kamar. Pada tahun lalu, perusahaan resmi mengakuisisi PT Bumi Majalengka Permai dan PT Fitra Amanah Wisata pada bisnis tour dan travel.
Pada tahun ini, PT Hotel Fitra International Tbk menargetkan pendapatan meningkat 112 persen menjadi Rp 17 miliar dibandingkan 2018 sebesar Rp 8,07 miliar. Adapun pendapatan hingga April 2019 mencapai Rp 2,7 miliar, atau naik 30 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya menyusul sejumlah penerbangan di Bandara International Kertajati.
Selain Kertajati, prospek di Majalengka cukup bagus karena adanya Tol Cipali dan akses kereta api dari Jakarta-Cirebon.