Kamis 13 Jun 2019 00:21 WIB

Kim Kirim Bunga Dukacita untuk Mantan Ibu Negara Korsel

Bunga dukacita disampaikan saudari Kim, Kim Yo-jong di perbatasan.

Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mendengarkan Presiden Rusia Vladimir Putin saat pertemuan keduanya di Vladivostok, Rusia.
Foto: Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mendengarkan Presiden Rusia Vladimir Putin saat pertemuan keduanya di Vladivostok, Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Saudari Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un, Kim Yo-jong, bertemu dengan para pejabat Korea Selatan (Korsel) di perbatasan kedua negara, Rabu (12/6) untuk mengirim bunga dukacita atas kematian ibu negara Korsel.

Kim Yo-jong mengunjungi wilayah perbatasan di Panmunjom yang merupakan kawasan demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea untuk memberi penghormatan kepada Lee Hee-Ho, janda dari mantan presiden Korsel Kim Dae-jung. Lee meninggal di Seoul, ibu kota Korea Selatan pada Senin.

Baca Juga

Kim Dae-jung berusaha memajukan hubungan yang lebih baik di Semenanjung Korea dan menjadi pemimpin Korsel pertama yang bertemu dengan pemimpin Korut waktu itu, Kim Jong Ill pada 2000.

Pejabat Korsel mengatakan Kim Yo-jung yang baru muncul sejak 18 bulan setelah menjadi ajudan utama saudaranya, tidak memberikan pesan khusus atau surat bagi Presiden Korsel Moon Jae-in. Keduanya berbincang-bincang sekitar 15 menit.

"Dia mengatakan berharap agar Selatan dan Utara terus melanjutkan kerja sama, menjunjung tinggi penjelasan Lee Hee-ho untuk rekonsiliasi dan kerja sama antarrakyat. Hari ini, dia memusatkan perhatian untuk menghargai orang meninggal dan berbelasungkawa," kata penasehat keamanan nasional Korsel Chung Eui-yong kepada wartawan.

Juru bicara Moon mengatakan dalam keterangan terpisah, Kim Yo-jong juga mengatakan saudaranya mempunyai perasaan khusus terhadap Lee. Kunjungan Kim Yo-jong terjadi tepat setahun setelah saudaranya dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sepakat pertama kali mengadakan pertemuan puncak AS-Korut di Singapura membahas denuklirisasi di semenanjung Korea dan menghapus kecemasan akan perang.

Perundingan itu kemudian buntu dan hubungan antar-Korea sejak itu menyusut. Kim Dae-jung menjadi presiden dari 1998 hingga 2003. Ia terkenal karena memperjuangkan program yang disebut Kebijakan Sunshine yang dikerjakan dengan kerja sama dengan Korut.

Korut dan Korsel secara teknis masih dalam situasi perang karena peperangan 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan pakta perdamaian. Tahun lalu terdapat banyak pertemuan antara pejabat tinggi Selatan dan Barat yang termasuk tiga pertemuan puncak antara Kim Jong-un dan Presiden Moon. Kim Yo-jung berkunjung ke Korsel pada Olimpiade Musim Dingin pada Februari 2018 dan juga 2003 untuk menemani saudaranya dan menghadiri pertemuan puncak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement