REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Gelombang panas yang melanda India telah merenggut 36 jiwa. Pekerja termiskin menjadi kelompok yang paling terkena dampaknya, Rabu (12/6). Pejabat kebencanaan memperingatkan suhu udara yang relatif tinggi membawa dampak di beberapa negara bagian daripada tahun-tahun sebelumnya.
Suhu udara di New Delhi mencatat rekor paling tinggi 48 derajat Celsius pada Selasa. Suhu udara Churu di Negara Bagian Rajashthan tercatat 51 derajat Celsius.
"Ini merupakan gelombang panas terburuk dari yang pernah ada. Pada 2015, gelombang panas tercatat di sembilan negara bagian, ramalan tahun ini 23 derajat," kata Anup Kumar Srivastava, pakar kemarau dan gelombang panas di Otoritas Manajemen Bencana Nasional (NDMA).
"Kami sudah memverifikasi 36 kematian akibat gelombang panas dibanding 25 tahun lalu. Mereka sebagian besar buruh miskin yang berasal dari pedesaan datang ke kota-kota untuk bekerja di jalan raya," kata Srivastava kepada The Thomson Reuters Foundation.
Kelangkaan air terjadi di bulan-bulan di musim panas, tetapi situasi tahun ini khususnya buruk di negara-negara bagian barat dan selatan negara itu karena curah hujan kurang dari normal pada musim penghujan 2018. NDMA telah meramalkan gelombang panas akan melanda India sejak pertengahan Maret, tetapi cuaca berubah ekstrem pada pertengahan Mei dan diperkirakan berlangsung hingga pertengahan Juni.