REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Turki mengecam sepucuk surat dari AS mengenai penarikan program jet tempur F-35 yang akan diikuti para pilotnya, Rabu (12/6). Turki mengatakan, bahasa yang digunakan tidak sejalan dengan semangat aliansi antara dua sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu.
Penjabat Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan, yang menulis surat kepada rekan sejawatnya dari Turki, Hulusi Akar, pekan lalu, menyebutkan, Turki tidak diikutsertakan dalam program F-35 jika tidak mengubah keputusan dari rencananya membeli sistem pertahanan peluru kendali S-400 buatan Rusia.
Akar, yang dikutip oleh kementeriannya dalam satu pernyataan, mengatakan, Turki sedang menyiapkan jawaban terhadap surat tersebut dan akan dikirim ke AS dalam beberapa hari ke depan. Ia menambahkan ingin berbicara dengan Shanahan lewat telepon dan mereka akan bertemu pada pertemuan NATO pada akhir bulan ini.
"Kami akan buat (pertemuan) dalam kontak-kontak itu, apakah melalui surat elektronik atau pertemuan pribadi. Semua topik akan dibahas dan kami akan terus terbuka dan menyampaikan secara jelas pandangan kami. Kami akan terus dengan sikap yang sama," ujarnya.
Titik utama ketidaksepakatan antara kedua sekutu NATO itu ialah AS sudah mendesak Turki agar menghentikan pembelian sistem pertahanan peluru kendali S-400. AS mengatakan, sistem tersebut akan memengaruhi pembelian dan program F-35.
Turki telah berulang-ulang menyatakan pembelian sistem rudal tersebut sudah disepakati. Turki telah mengusulkan kedua sekutu itu membentuk sebuah kelompok kerja untuk menilai dampak tersebut tapi mengatakan masih harus mendengar dari AS.