REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Asosiasi Pengusaha Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sumatra Barat, Ian Hanafiah mengatakan Malaysia menjadi pihak yang paling diuntungkan oleh lesunya sektor pariwisata Indonesia. Hal ini akibat tingginya harga tiket penerbangan domestik
"Sekarang wisatawan mulai beralih dari destinasi di Indonesia, menuju destinasi di Malaysia karena memang lebih murah. Kalau punya dana sedikit berlebih, mereka pilih Thailand bahkan Korea Selatan dibandingkan destinasi di Jawa atau Bali," katanya di Padang, Kamis (13/6).
Kecenderungan itu, menurut dia, sangat terasa di Sumatera Barat. Wisatawan yang sebelumnya banyak membeli paket wisata ke destinasi favorit di Jawa dan Bali mulai beralih dan memilih Malaysia.
"Pengantin baru yang dulunya memilih bulan wisata di Bali, sekarang mulai ada yang memilih Maldives (Maladewa), karena biaya yang dikeluarkan relatif sama," katanya.
Perusahaan Perjalanan Wisata di Sumbar, menurut dia, juga lebih enak menjual paket ke luar negeri, sesuai selera pasar, dari pada memaksakan untuk menjual paket wisata domestik karena harga komponen tiket pesawat yang mahal.
Ia menyebut biasanya paket wisata ke Malaysia itu hanya sekitar 20 paket sebulan, sekarang bisa sampai 70 paket, sementara paket wisata domestik boleh dikatakan sangat minim, boleh dikatakan tidak ada lagi.
"Mitra di Malaysia juga menginformasikan paket wisata ke negara itu naik drastis hingga 300 persen. Mereka benar-benar panen sementara kita tumbang," kata Ian.
Kondisi itu, menurut dia, sangat ironis, karena Sumbar sebenarnya sedang berbenah dan mengembangkan destinasi wisata untuk menjaring wisatawan nusantara maupun mancanegara.
"Semua hancur karena tiket penerbangan domestik yang mahal," ujarnya.
Ia yakin target kunjungan wisatawan Nusantara di Indonesia tahun ini akan jeblok, tidak sampai lima puluh persen dari tahun lalu.