Jumat 14 Jun 2019 03:54 WIB

Khamenei Katakan pada Abe tak Ada Gunanya Jawab Pesan Trump

Abe memperingatkan pada Rabu tidak ingin terjadi bentrok di Timur Tengah.

Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei (kanan) saat bertemu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Foto: EPA-EFE/HANDOUT
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei (kanan) saat bertemu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemimpin tertinggi Iran Ali Khamenei mengatakan kepada Shinzo Abe, tidak ada gunanya menjawab pesan dari Donald Trump yang dibawa oleh Perdana Menteri Jepang itu ke Iran. Abe yang telah membahas masalah Iran dengan Trump bulan lalu, menyampaikan pesan dari presiden AS tersebut, namun Khamenei menampiknya.

"Saya tidak memandang Trump pantas mendapat balasan dan saya tidak mempunyai jawaban apa pun untuknya, sekarang atau pun pada masa depan," menurut media pemerintah Iran mengutip perkataan Khamenei kepada PM Jepang dalam pertemuan mereka, Kamis (13/6).

Baca Juga

Sekutu AS di Eropa dan Asia telah beberapa kali menyampaikan kekhawatiran akan ketegangan antara AS dan Iran akan dapat meningkat menjadi konflik bersenjata. Abe memperingatkan pada Rabu tidak ingin terjadi bentrok di Timur Tengah, setelah pertemuan dengan Presiden Iran Hassan Rouhani.

Setahun setelah AS membatalkan kesepakatan dengan Iran dan kekuatan dunia untuk membatasi program nuklir Iran sebagai imbalan pencabutan sanksi, konfrontasi antara dua musuh bebuyutan mencapai babak baru. Washington memberangkatkan pasukan tambahan ke Teluk dalam beberapa pekan terakhir karena menuduh Teheran mengancam kapal-kapal di sana. Iran membantah berada di balik serangan kapal-kapal dan menyebutnya bahwa kemungkinan hal itu dilakukan sebagai provokasi.

Ada dua serangan terbaru terhadap kapal tanker, salah satunya milik Jepang. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyampaikan via Twitter pada Kamis bahwa serangan tersebut mencurigakan, khususnya karena terjadi pada hari pertemuan antara Khamenei dan Abe.

Pemerintahan Trump mengatakan, kesepakatan nuklir yang dirundingkan oleh pemerintahan Barack Obama, pendahulu Trump, tidak cukup kuat untuk memberikan sanksi baru yang diperlukan untuk memaksa Iran membuat konsesi lebih besar. Adapun Iran mengatakan, tidak dapat berunding dengan negara yang telah mengabaikan kesepakatan sebelumnya.

Sekutu AS di Eropa dan Asia bersama-sama Washington mencemaskan perilaku Iran namun mereka juga yakin bahwa kesepakatan yang ada saat ini adalah kesalahan. Sebab, AS seperti memandang remeh sikap pragmatis Iran, memperkuat garis keras, dan membuat perundingan selanjutnya semakin sulit.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement