Jumat 14 Jun 2019 11:13 WIB

Serangan Kapal Tanker tidak Pengaruhi Pasokan Minyak Jepang

Pemerintah Jepang saat ini masih menyelidiki insiden serangan tanker.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Kebakaran di kapal tanker Front Altair terlihat dari jendela observasi sedang berusaha dipadamkan dengan water cannon di Teluk Oman, Kamis (13/6).
Foto: Frontline via AP
Kebakaran di kapal tanker Front Altair terlihat dari jendela observasi sedang berusaha dipadamkan dengan water cannon di Teluk Oman, Kamis (13/6).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Menteri Perindustrian Jepang Hiroshige Seko mengatakan, serangan terhadap dua kapal tanker di Teluk Oman tidak akan mempengaruhi pasokan energi di Jepang. Setelah insiden serangan tersebut, pemerintah mengeluarkan peringatan kepada perusahaan-perusahaan energi Jepang.

Berbicara dalam konferensi pers, Jumat (14/6), Seko menolak mengomentari pernyataan Amerika Serikat (AS) yang menuding Iran berada di balik serangan tersebut. Seko mengatakan, pemerintah Jepang saat ini masih menyelidiki insiden serangan itu.

Baca Juga

Kapal tanker milik perusahaan ekspedisi asal Jepang, Kokuka Sangyo Ltd, diserang di dekat Selat Hormuz pada Kamis (13/6). Kejadian tersebut membuat semua awak kapal dievakuasi.

Presiden Kokuka Sangyo, Yutaka Katada, mengungkapkan, kapal tanker miliknya diserang dua kali. Serangan itu terjadi dalam rentang waktu tiga jam dan memaksa awak kapal dievakuasi. Tak ada awak yang terluka dalam peristiwa tersebut.

Kapal yang menjadi target serangan diketahui bernama The Kokuka Courageous. Menurut lembaga penyiaran Jepang, kapal itu mengangkut 25 ribu ton metanol. Kokuka Sangyo belum merilis keterangan resmi perihal kejadian tersebut.

Bernhard Schulte Shipmanagement mengatakan, kapal tanker Kokuka Courageous mengalami kerusakan dalam serangan tersebut. Serangan itu merusak lambung kapal yang sedang dalam perjalanan dari Arab Saudi ke Singapura.

CPC Corporation Taiwan menyatakan kapal tanker Front Altair yang mengangkut 75 ribu ton Naptha diduga terkena serangan torpedo sekitar pukul 04.00 waktu setempat. Kapal yang dimiliki Frontline Norwegia tersebut membawa naptha, yakni bahan baku petrokimia dari Ruwais di Uni Emirat Arab. Frontline Norwegia mengatakan kapal mereka terbakar di Teluk Oman.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement