REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bandara Internasional Soekarno-Hatta disebut sebagai salah satu merek paling mahal di Indonesia. Valuasi merek atau brand value-nya mencapai 72 juta dolar AS.
President Director PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin mengatakan kesuksesan Soekarno-Hatta berada di dalam jajaran merek paling mahal untuk pertama kalinya merupakan hasil dari transformasi yang tengah dijalankan perusahaan. Transformasi bisnis dan portfolio, transformasi infrastruktur dan sistem operasi, dan transformasi sumber daya manusia tersebut berujung pada meningkatnya pelayanan ke standar tertinggi dan berdampak pada terbentuknya loyalitas pelanggan serta meningkatnya pendapatan.
"Ada tiga transformasi yang sedang kami lakukan bertujuan untuk menjadikan Soekarno-Hatta sebagai the best smart connected airport in the region," ujar Muhammad Awaluddin dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis.
Dia menjelaskan bahwa AP II juga melakukan pembangunan masif di Soekarno-Hatta seperti terminal, runway, dan stasiun kereta sebagai bagian hard infrastructure. Di sisi lain, pihaknya mengimbangi pembangunan itu itu dengan mengembangkan soft infrastructure, yakni ekosistem digital.
"Digitalisasi di Soekarno-Hatta sangat penting karena Soekarno-Hatta tidak bisa dikelola dengan cara-cara tradisional lagi. Lewat digitalisasi kami mampu melayani 60-70 juta penumpang meskipun kapasitas terminal baru sekitar 50 juta penumpang," katanya.
Berbagai pengembangan yang diawali dari transformasi itu pada akhirnya membawa Soekarno-Hatta sebagai salah satu merek paling mahal di Indonesia pada 2019. Berdasarkan kajian konsultan independent asal Inggris, Brand Finance, yang bekerja sama dengan majalah SWA, valuasi merek (brand value) dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta mencapai 72 juta dolar AS.
Dengan valuasi merek sebesar itu itu, Soekarno-Hatta bercokol di posisi 71 dari daftar Top 100 Indonesia Most Valuable Brands 2019. Pencapaian ini merupakan yang pertama kali, menjadikan Soekarno-Hatta sebagai pendatang baru di dalam daftar tersebut. Bahkan, Soekarno-Hatta menjadi satu-satunya bandara yang mampu menjadi merek paling mahal.
Metodologi yang digunakan oleh Brand Finance dalam menentukan valuasi merek mencakup sejumlah proses penghitungan brand strength index (BSI), brand royalty rate, dan brand revenues.