REPUBLIKA.CO.ID, GIANYAR -- Organisasi Pariwisata Dunia atau United Nations World Tourism Organization (UNWTO) akan mempertimbangkan desa Ubud sebagai destinasi gastronomi/kuliner standar global. Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Vita Datau Messakh mengatakan, penetapan tersebut merupakan tahapan pengembangan produk wisata gastronomi.
"Program yang dikerjakan oleh Kementerian Pariwisata dan UNWTO ini memasuki tahapan kunjungan untuk penilaian atas destinasi," ucap Vita, seperti dikutip dari siaran pers Diskominfo Gianyar, yang diterima Antara, Kamis.
Vita mengatakan, Kemenpar telah mengusulkan Ubud sebagai destinasi gastronomi pada UNWTO sejak 2017. Ia beralasan, secara umum, Indonesia memiliki potensi besar dalam keragaman budaya dan melimpahnya aneka bahan pangan lokal yang mendukung terwujudnya destinasi pariwisata gastronomi.
Vita menjelaskan, terdapat tiga tahapan proses untuk menjadikan Ubud sebagai destinasi gastronomi internasional. Tahap pertama dimulai dari pencatatan aset dan atraksi gastronomi untuk memetakan penyiapan industri dan pelaku usaha, kemudian disusun menjadi laporan yang diajukan untuk UNWTO.
Tahap kedua masuk ke penilaian UNWTO. Vita mengungkapkan, ada proses verifikasi dan analisis melalui metode, termasuk wawancara dengan para pemangku jabatan gastronomi, hotel, restoran, juru masak, penggagas festival makanan, pemerintah daerah, akademikus, agen perjalanan wisata, serta wisatawan.
"Proses penilaian berlangsung selama delapan hari di Ubud dan sekitarnya. Begitu juga kuisioner akan dilaksanakan dengan metode online dan offline selama tiga pekan, sembari mematangkan perencanaan dan strategi rekomendasi," kata Vita.
Menurut Vita, di tahap ketiga, rekomendasi yang perlu dilakukan para pemangku jabatan untuk penilaian kedua yang dicanangkan pada awal Agustus 2019.
"Kami mengusahakan agar program ini terealisasi secepatnya, sehingga Ubud menjadi prototipe gastronomi holistik pertama di Indonesia dan dunia," kata Vita.
Pimpinan ahli yang ditunjuk UNWTO Roberta Garibaldi menjelaskan, destinasi gastronomi yang holistik memiliki nilai warisan budaya ditunjang kualitas produk lokal atau bahan makanan yang industrinya memiliki progres.
"Berbagai fasilitas gastronomi cukup mumpuni dan selaras, seperti restoran, warung, kafe, bar yang tetap menonjolkan nilai kearifan lokal," katanya.
Menurut Roberta, perdagangan terkait gastronomi berkembang karena pasar tradisional, produk organik, termasuk edukasi kuliner yang formal maupun informal. Selain itu, ia menjelaskan diperlukan juga fasilitas lainnya, seperti museum, tempat membuat makanan, minuman lokal yang menjadi pusat edukasi publik termasuk lembaga riset gastronomi, dan festival.
"Ubud, kami lihat, memiliki semua syarat itu," kata dia.
Panglingsir Puri Agung Ubud Ida Tjokorda Raka Sukawati mengatakan, perjalanan Ubud hingga dikenal dunia sangatlah panjang. Hal ini tidak terlepas dari kuatnya Ubud dalam menjaga tradisi seni budaya yang melekat dari generasi ke generasi. Ditunjang dengan segala potensi alam, dan kearifan lokalnya, Ubud sangat unik di mata wisatawan.
"Tentunya, penetapan sebagai destinasi gastronomi akan semakin menambah daya tarik Ubud, dan semoga ke depannya, potensi kuliner lokal yang Ubud miliki, akan semakin dikenal dunia," kata Sukawati.