Jumat 14 Jun 2019 13:10 WIB

Keluarga Korban Penembakan Christchurch: Ini tidak Adil

Keluarga korban penembakan geram ketika pelaku merasa tidak melakukan salah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Indira Rezkisari
Janna Ezat, ibu dari korban penembakan di masjid Al Noor menggunakan kaus bergambar foto putranya Hussein Al-Umari. Janna hadir di pengadilan pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (14/6).
Foto: AP
Janna Ezat, ibu dari korban penembakan di masjid Al Noor menggunakan kaus bergambar foto putranya Hussein Al-Umari. Janna hadir di pengadilan pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (14/6).

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Keluarga korban penembakan Christchurch marah dengan sikap Brenton Tarrant yang tersenyum dan mengaku tidak bersalah atas penembakan yang menewaskan 51 orang pada 15 Maret lalu. Janna Ezat yang datang ke pengadilan dengan kaus bergambar putranya yang menjadi korban Hussein Al-Umari merasa marah dengan sikap pelaku.

"Sebelumnya saya baik-baik saja dan tenang dan percaya pada kehidupan ini anak saya meninggal dan dia berada di tempat yang baik, tapi ketika melihat terorisnya, ia cuma, dia tidak merasa apa-apa. Hanya duduk saja, seolah-olah ia tidak bersalah dan melakukan hal yang salah," kata Ezat, Jumat (14/6).

Baca Juga

Tarrant menghadapi 51 tuduhan pembunuhan, 40 percobaan pembunuhan, dan keterlibatan dalam aksi terorisme. Ezat mengatakan ia pikir pelaku teror pantas diberi hukuman mati. Walaupun ia tahu Selandia Baru sudah tidak lagi menerapkan hukuman tersebut.

"Tidak mudah kehilangan anak Anda, tidak hanya anak saya, tapi 50 orang, ini tidak adil, dan dia tertawa," kata Ezat.

Dengan mengenakan kaus berwarna abu-abu dan diapit oleh tiga petugas penjara, Tarrant hadir di pengadilan tinggi di Christchurch.  Associated Press melaporkan saat memasuki ruangan persidangan ia sempat tersenyum kepada pengacaranya Shane Tait. Abdul Aziz yang sempat menghalau Tarrant saat penembakan terjadi mengatakan ia tidak akan menyebutkan nama pelaku.

"Dia pengecut, dan di balik sel dia tertawa, dia harusnya tertawa ketika saya menghadapinya, lalu saya akan lihat bagaimana ia tertawa, dia lari seperti anjing, dia lari seperti ayam," kata Aziz.  

Pada 15 Maret lalu Tarrant membantai 51 orang saat muslim Selandia Baru sedang melakukan shalat Jumat. Ia membunuh 41 orang di Masjid Al-Noor dan tujuh orang lainnya di Masjid Linwood. Dua orang yang tertembak tewas di rumah sakit.

Serangan tersebut disiaran secara langsung melalui Facebook. Sebelumnya Tarrant menerbitkan manifesto setebal 74 halaman untuk menyebarkan filosofi supremasi kulit putih dan rencana serangan tersebut.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern telah bersumpah tidak akan mengucapkan nama Tarrant. Pada bulan lalu ia mendorong inisiatif global Christchurch Call yang bertujuan agar internet tidak digunakan sebagai wadah menyebar kebencian, tempat berkumpulnya kelompok eksterim dan menyiarkan serangan teror.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement