REPUBLIKA.CO.ID, Puasa sunah enam hari Syawal sangat dianjurkan. Hal ini tertuang dalam hadis riwayat Muslim dan Tirmidzi dari Abu Ayyub al-Anshari. “Siapa yang berpuasa Ramadhan dan melanjutkannya dengan enam hari pada Syawal maka itulah puasa sepanjang tahun.”
Lantas, bolehkah menggabungkan puasa enam hari Syawal sekaligus mengganti puasa Ramadhan yang tertinggal. Prof Ali Jum’ah Muhammad menyatakan, menggabungkan puasa sunah ke dalam puasa wajib hukumnya boleh. Namun, hal ini tidak berlaku sebaliknya, yaitu menyatukan puasa wajib dalam niat puasa sunat. Pendapat ini banyak dirujuk oleh mayoritas ulama. Berikut di antara argumentasinya.
· Pandangan ini menggunakan analogi hukum pada kasus shalat dua tahiyyat al-masjid dua rakaat. (Al-Bajirami dalam Hasyiah-nya). Penjabarannya, bila seseorang shalat dua rakaat saat memasuki masjid dengan niat shalat wajib (subuh, misalnya), ia mendapat pahala sunah tahiyyat al-masjid.
· Boleh puasa Syawal dengan berniat menqadha puasa Ramadhan, sekaligus meniatkannya sebagai puasa sunah enam hari. Dia meraih pahala keduanya. (As-Suyuthi dalam al-Asybah wa an-Nazhair dan ar-Ramli dalam Nihayatul Muhtaj).
Rekomendasi : lebih sempurna dan utama adalah dipisah dan dikerjakan masing-masing. Qadha puasa Ramadhan sendiri dan puasa enam hari bulan Syawal sendiri. Pahala yang diperoleh dari penggabungan dua amalan wajib dan sunah tersebut tidak sama jika dilakukan secara terpisah-pisah.
Pengolah: Nashih Nashrullah, Sumber: Fatwa Lembaga Fatwa Dar al-Ifta’, Mesir